BISNIS.COM, JAKARTA—Produsen peranti lunak database terbesar dunia Oracle Corp. mencatat angka penjualan di bawah perkiraan selama triwulan II, setelah konsumen beralih ke peranti lunak bisnis yang digunakan di jejaring yang menjadi pesaingnya.
Keuntungan di luar sejumlah item untuk triwulan keempat fiskal yang berakhir pada 31 Mei tercatat 87 sen per unit saham dengan angka penjualan US$11 miliar, menurut laporan perusahaan itu hari ini, Jumat (21/6/2013).
Posisi tersebut di bawah harga perkiraan rata-rata analis sebesar 87 sen per unit saham dengan pendapatan US$11,1 miliar, menurut data yang dikumpulkan Bloomberg.
Oracle juga menaikkan dua kali lipat dividen triwulan dan menambah biaya buyback US$12 miliar sekaligus mengajukan aplikasi untuk didaftar pada New York Stock Exchange.
Saham Oracle turun 9,1% dalam satu sesi perpanjangan perdagangan. Konsumen memilih aplikasi lewat online ketimbang database Oracle, peranti lunak peralatan sumber daya manusia dan manajemen keuangan.
Kondisi itu memicu CEO Larry Ellison mengakuisisi sejumlah perusahaan jejaring yang bisa dengan mudah mengakses data secara online.
Kendati demikian, penjualan lisensi peranti lunak baru perushaan itu berada di bawah perkiraan. Hal itu mengindikasikan bahwa pertumbuhan melambat, menurut Pat Walravens, seorang analis pada JMP Securities LLC di San Francisco.
“Tidak ada pertumbuhan di Oracle,” ujar Walravens, yang menempatkan peringkat pasar Oracle pada posisi netral sebagaimana dikutip Bloomberg, Jumat (21/6/2013).
Menurutnya, dunia tengah beralih ke sebagai layanan dan pada sejumlah hal vendor besar perlu perlu menyesuaikan. Namun, semakin besar vendor semakin sulit melakukannya, ujarnya.