BISNIS.COM, JAKARTA—Perilaku sebagian pengguna Internet di Indonesia yang mudah berbagi data personal dinilai mengkhawatirkan.
Kepala Indonesia Computer Emergency Response Team (IdCERT) Budi Rahardjo mengatakan tak sedikit masyarakat Indonesia yang gemar obral data.
Apalagi di era media sosial di mana tak sedikit pengguna yang seharusnya menyimpan data strategis personal, tetapi justru dibagi ke publik.
Menurutnya, hal itu sudah menjadi semacam kultur bagi sebagian besar masyarakat. Masyarakat, khususnya pengguna Internet seharusnya menyadari perilaku semacam itu bisa jadi membawa dampak buruk pada waktu mendatang.
Salah satu dampak yang mungkin timbul adalah tingkat kepercayaan dari negara lain termasuk dalam hubungan ekonomi dan bilateral.
“Privasi harus mulai dijaga. Jangan sembarangan memberikan data personal,” ujarnya.
Dia tidak menampik data personal mana saja yang masuk dalam ranah privasi masih jadi perdebatan.
Namun, dia menegaskan kondisinya tetaplah sama jika dibawa ke ranah cyber, di mana privasi adalah hal penting.
Budi menyarankan pengguna Internet memberikan informasi seminimal mungkin saat mengisi formulir pendaftaran dari website atau aplikasi tertentu. Informasi berkategori optional, kata dia, tidak perlu diisi.
Belum lama ini Kleiner Perkins Caufield & Byers (KPCB) merilis sejumlah data terkait tren penggunaan Internet.
Laporan berjudul KPCB Internet Trends 2013 itu menyebutkan sebanyak 50% responden di Indonesia mau membagi apapun melalui media online.
Kemauan “obral data” pengguna Internet di Indonesia hanya kalah dari Arab Saudi dan India.
Menurut KPCB sebanyak 60% responden di Arab Saudi rela membagi apapun di media online, sedangkan di India tercatat di atas 50%.
Hanya 15% responden di Amerika Serikat yang mau melakukan hal seperti itu.
Adapun Jepang menjadi negara paling “tertutup” karena jumlah responden yang mau membagi apapun melalui media online jumlahnya tak lebih dari 10%. KPCB mencatat jumlah rata-rata responden yang mau membagi apapun di media online sekitar 24%.