BISNIS.COM,JAKARTA -- Keberadan situs Gunung Padang di Cempaka, Cianjur, Jawa Barat tidak bisa lagi dikesampingkan, meskipun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dan analisa yang belum tuntas.
Namun, hasil-hasil penelitian yang sudah dicapai sudah memberikan banyak informasi penting dan harapan bahwa situs Gunung Padang berpotensi untuk setara dengan Borobudur.
"Bahkan lebih bermakna karena dapat menjadi terobosan pengetahuan tentang the craddle of civilizations pada abad ini, karena menjadi bukti monumen besar dari peradaban adi jaya tertua di dunia. Entah karena bencana apa musnah ribuan tahun lalu dalam masa pra-sejarah Indonesia," ujar Danny H. Natawidjaja, Koordinator dan Tim Peneliti Mandiri Terpadu Situs Gunung Padang, dalam makalah terbuka kemajuan riset di Gunung Padang yang disusun 31 Maret 2013.
Penelitian di Gunung Padang belum selesai. Tim Mandiri Terpadu, walaupun tanpa dibantu dana negara, akan terus bekerja keras meneliti banyak misteri besar yang masih belum terkuak.
Termasuk melakukan pemboran atau eskavasi dalam untuk membuktikan dengan lebih gamblang keberadaan struktur bangunan dan ruang-ruang di bawah kedalaman 4-5 meter.
Demikian juga pentarikhan umur situs walaupun sudah dilakukan dengan teliti dan hati-hati masih perlu dicek ulang dengan sampel-sampel yang lebih baik lagi, karena umur ini hal yang sangat vital untuk kesimpulan akhirnya nanti.
Tim juga menduga bahwa situs Gunung Padang kemungkinan besar tidak dibangun dalam satu masa, tetapi produk lebih dari satu lapis kebudaayaan.
Ahli geologi tim dan juga pembina pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia pusat, DR. Andang Bachtiar, berdasarkan hasil analisa kimia yang dilakukannya terhadap sampel semen purba dari undak terjal teras satu ke dua, menemukan fakta yang lebih mengejutkan lagi.
Ternyata material semen ini mempunyai komposisi utama 45% mineral besi dan 41% mineral silika. Sisanya adalah 14% mineral lempung dan juga terdapat unsur karbon. Ini adalah komposisi yang bagus untuk semen perekat yang sangat kuat, barangkali menggabungkan antara konsep membuat resin atau perekat modern dari bahan baku utama silika dan penggunaan konsentrasi unsur besi yang menjadi penguat bata merah.
Tingginya kandungan silika mengindikasikan bahwa semen ini bukan hasil pelapukan dari batuan kolom andesit disekelilingnya yang miskin silika.
Kemudian, kadar besi di alam, bahkan di batuan yang ada di pertambangan mineral bijih sekalipun umumnya tidak lebih dari 5% kandungan besinya, sehingga kadar besi “semen Gunung Padang” ini berlipat kali lebih tinggi dari kondisi alamiah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa material yang ada di antara batu-batu kolom andesit ini adalah adonan semen buatan manusia.
Jadi teknologi masa itu kelihatannya sudah mengenal metalurgi. Satu teknik yang umum untuk mendapatkan konsentrasi tinggi besi adalah dengan melakukan proses pembakaran dari hancuran bebatuan dengan suhu sangat tinggi.
"Mirip dengan pembuatan bata merah, yaitu membakar lempung kaolinit dan illit untuk menghasilkan konsentrasi besi tinggi pada bata tersebut," jelas Andang.
Indikasi adanya teknologi metalurgi purba ini lebih diperkuat lagi dengan temuan segumpal material seperti logam sebesar 10 sentimeter oleh tim Ali Akbar pada kedalaman 1 meter di lereng timur Gunung Padang. Material logam berkarat ini mempunya permukaan kasar berongga-rongga kecil dipermukaannya.
Diduga material ini adalah adonan logam sisa pembakaran (slug) yang masih bercampur dengan material karbon yang menjadi bahan pembakarnya, bisa dari kayu, batu bara atau lainnya. Rongga-rongga tersebut kemungkinan terjadi akibat pelepasan gas CO2 ketika pembakaran. Tim akan melakukan analisa lab lebih lanjut untuk meneliti hal ini lebih jauh.
Yang tidak kalah mencengangkan adalah perkiraan umur dari semen purba ini. Hasil analisis radiometrik dari kandungan unsur karbonnya pada beberapa sampel semen di bor inti dari kedalaman 5 – 15 meter yang dilakukan pada tahun 2012 di Laboratorium bergengsi BETALAB, Miami, USA pada pertengahan tahun 2012 menunjukan umur dengan kisaran 13.000 sampai 23.000 tahun lalu.
Kemudian, hasil carbon dating dari lapisan tanah yang menutupi susunan batu kolom andesit di kedalaman 3-4 meter di Teras 5 menunjukan umur sekitar 8.700 tahun lalu.
Sebelumnya hasil carbon dating yang dilakukan di laboratorium BATAN dari pasir dominan kuarsa yang mengisi rongga diantara kolom-kolom andesit di kedalaman 8-10 meter di bawah Teras lima juga menunjukkan kisaran umur yang sama yaitu sekitar 13.000 tahun lalu.
Fakta yang sangat kontroversial karena pengetahuan mainstream sekarang belum mengenal/mengakui ada peradaban (tinggi) pada masa se-purba ini, di manapun di dunia, apalagi di nusantara yang konon masa pra-sejarahnya banyak diyakini masih primitif walaupun alamnya luar biasa indah dan kaya.
Sementara di wilayah tandus gurun pasir Mesir orang bisa membuat bangunan piramida yang sangat luarbiasa itu. Tapi fakta di Gunung Padang berbicara lain. Rasanya bukan mustahil lagi bangsa Nusantara mempunyai peradaban yang semaju peradaban Mesir purba , bahkan pada masa yang jauh lebih tua lagi.