Mengenal Teknologi Nuklir untuk Deteksi Dini Kanker Lebih Akurat

Mutiara Nabila
Jumat, 14 Februari 2025 | 18:34 WIB
Ilustrasi transisi energi dan pengembangan pembangkit energi baru dan terbarukan./ Bisnis - Puspa Larasati
Ilustrasi transisi energi dan pengembangan pembangkit energi baru dan terbarukan./ Bisnis - Puspa Larasati
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Teknologi nuklir menjadi salah satu terobosan yang digunakan dalam pengobatan kanker. Teknologi ini memiliki beberepa keunggulan.  

Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI) Yustia Tuti menjelaskan, teknologi nuklir adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknik yang berkaitan dengan penggunaan energi atau bahan dari reaksi nuklir. 

"Salah satu penerapannya di bidang kesehatan adalah penggunaan radiofarmaka untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan mengobati penyakit, terutama kanker,” ujarnya, dikutip dalam keterangan resmi, Jumat (14/2/2025). 

Dokter Yustia menjelaskan bahwa radiofarmaka merupakan senyawa kimia dengan inti atom radioaktif yang digunakan dalam diagnosis dan pengobatan kanker. 

Radiofarmaka digunakan dalam teknologi canggih seperti Positron Emission Tomography (PET Scan) dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).

Salah satu radiofarmaka yang paling umum digunakan dalam PET Scan adalah F18-Fluorodeoxyglucose (FDG), analog glukosa yang mengandung isotop radioaktif Fluor-18. 

Sel kanker, yang memiliki metabolisme tinggi, menyerap FDG lebih banyak dibandingkan sel normal, memungkinkan PET Scan mendeteksi keberadaan dan penyebaran kanker secara akurat.

“Penyerapan F18-FDG yang lebih tinggi pada sel kanker memungkinkan PET Scan memberikan gambaran yang sangat akurat tentang lokasi dan tingkat penyebaran kanker. Prosedur ini aman karena dilakukan dengan dosis radiasi terukur dan mengikuti prinsip-prinsip keselamatan pasien,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa prosedur PET Scan aman jika dilakukan dengan menerapkan tiga prinsip dasar keselamatan radiasi. 

Pertama, justifikasi, yaitu manfaat prosedur harus lebih besar daripada risikonya. Prinsip kedua, optimasi, yaitu penggunaan dosis yang terukur tanpa mengurangi kualitas diagnostik. Ketiga, pemantauan, yaitu pencatatan dosis radiasi secara ketat untuk memastikan keamanan pasien.

Meskipun penggunaan PET Scan melibatkan bahan radioaktif, prosedur ini tetap aman jika dilakukan dalam pengawasan ketat dan dosis yang terukur. 

"Sayangnya, perkembangan kedokteran nuklir di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju di Asia," imbuhnya. 

Namun, melalui fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka, khususnya F18-FDG, Kalbe menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan berkualitas.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper