Bisnis.com, JAKARTA - Banyak yang beranggapan bahwa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan segala-galanya, dapat berbuat apapun.
AI akan segera mengganti peran manusia, dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan ada sementara ahli yang beranggapan AI sangat menakutkan.
Sesungguhnya AI adalah buatan manusia sebagai alat untuk membantu manusia mencapai tujuan atau kepentingan manusia, seperti peningkatan produktivitas dan efisiensi.
Manusia tetap menjadi pemegang kunci atas kinerja dan keunggulan AI yang akan terus berkembang lebih lanjut di masa mendatang.
Tampaknya melihat peran AI, membuat bulu roma berdiri, karena mendengarnya ngeri bisa menggantikan segalanya. Padahal AI adalah buatan manusia. AI adalah tool atau alat bantu manusia untuk kepentingan manusia, bahkan kepentingan masyarakat seperti kemakmuran dan kesejahteraan manusia.
AI sebatas kemampuannya sesuai dengan perintah manusia pembuatnya. Sama seperti penemuan mesin uap, listrik, teknologi nuklir, telepon dalan lain-lain, semua bisa dikendalikan manusia.
HUKUM PARADOKS MORAVEC
Satu petunjuk yang diidentifikasi oleh Brynjolfsson dan McAfee (2012, 2014) adalah Moravec’s Paradox atau Paradoks Moravec. Pendekatan ini menyatakan bahwa sulit mengajarkan masalah yang kompleks kepada manusia, tetapi mudah mengajarkannya kepada AI. Hal ini mungkin memberikan wawasan baru di masyarakat.
Meskipun hal itu merupakan topik penelitian daripada temuan Moravec dan dikemas dengan baik oleh Pinker (1995): “Pelajaran utama dari 35 tahun penelitian AI adalah bahwa masalah yang sulit itu mudah dan masalah yang mudah itu sulit bagi AI.”
Bahwa AI punya keterbatasan, misalnya tidak dapat mengerjakan yang mudah, dan justru ini yang membuka celah bagi peningkatan aktivitas manusia, dalam tugas-tugas indra, indrawi, dan empati: dalam bentuk merawat, merancang, mencipta, membuat, dan berimprovisasi, yang merupakan indikasi dari suatu pergerakan dalam masyarakat sehari hari.
Namun, seperti yang dicatat oleh Brynjolfsson dan McAfee (2012,2014), kemampuan AI terus berkembang dan “membuat terobosan” menuju ke Moravec’s Paradox.
AI DAN MANUSIA SALING MEMBUTUHKAN
Sejak manusia ada di dunia, kelemahan selalu ada sehingga manusia terus berpikir untuk menutupi kelemahannya. Manusia menemukan roda pada 3000 tahun SM, menemukan mesin uap pada abad ke-18 (dalam revolusi industri pertama), selanjutnya listrik, komputer, dan saat ini AI (revolusi industri keempat).
Kemudian, menurut Frishammar dkk. (2019) dalam studinya, menemukan bahwa manusia umumnya menyadari mempunyai banyak kelemahan. Namun, ada faktor yang menarik yang ditemukan pada penelitian tersebut, bahwa justru kesadaran atas kelemahannya tersebut, manusia membuat sistem atau manajemen inovasi, sehingga dapat menemukan atau bahkan terobosan yang spektakuler.
Umpamanya, Wilbur dan Orville pada 1903 mencipta pesawat terbang, lalu diperbaiki oleh generasi berikutnya, sehingga menjadi alat transportasi sangat andal dan dipakai oleh negara dimanapun di dunia.
Demikian juga Leonardo da Vinci (1952—1519), menurut Frishammar dkk. (2019), mencipta kapal selam, kemudian menjadi sangat terkenal pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
ARTIFICIAL INTELLIGENCE MEMBANTU SELESAIKAN MASALAH MANUSIA
Semua penemuan manusia seperti tersebut di atas adalah untuk membantu peradaban manusia mengatasi kelemahannya, berupaya mengatasi hambatan (bottleneck) dan membuat terobosan atau inovasi, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Dan sekarang, kelemahan manusia dapat diatasi atau dibantu oleh AI.
Manusia tidak fokus pada masalah sederhana, seperti memakai AI untuk membersihkan got/parit/selokan, memasak, dll. Hal tersebut bersifat penting bagi ibu rumah tangga atau masyarakat pedesaan.
Lalu, apakah masa kini perlu dipersoalkan bahwa masyarakat desa dibekali AI? Hal ini perlu dijawab oleh mereka yang perlu mencari kegiatan inovasi. Namun demikian, kerja sama yang baik manusia dan AI dapat mencapai tujuan atau kinerja yang lebih baik, dibandingkan dengan dilakukan sendiri oleh manusisa tanpa alat AI.
Manusia mempunyai kelemahan, dan AI juga punya kelemahan. AI mudah mengerjakan yang sulit dan sulit mengerjakan yang mudah. Sementara itu, manusia dengan gampang mengerjakan hal yang mudah dan sulit mengerjakan yang sulit.
Paradoks Moravec memberi pencerahan dan peluang bagi AI untuk pekerjaan yang sulit, atau bahkan sangat sulit, seperti pengolahan big data, menyetir mobil tanpa pengemudi manusia, dll.
Menurut penelitian dari tesis Diploma Master dari Biran (2020) yang berjudul “Apakah saya dan AI menjadi sahabat yang akrab?” Biran menemukan bahwa manusia hidup membutuhkan hubungan dengan manusia lain, dengan animasi atau objek fisik, atau ide abstrak dan lainlain.
Hubungan yang memberi makna dalam hidup adalah terutama hubungan antarmanusia. Namun, dalam kehidupan masyarakat modern, di mana manusia makin terisolir atau individualistik, manusia dapat asyik dalam hidupnya dalam hal hubungan dengan teknologi seperti komputer, internet dan telpon genggam, yang pada dasarnya mengandung AI.
Maka pada masyarakat modern, teman terdekat manusia adalah teknologi canggih, antara lain AI, yang tidak membuat permusuhan, namun dapat menjadi teman membantu manusia dalam kehidupannya.
Pada intinya, kehadiran AI dapat membantu manusia mencipta inspirasi, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sulit sekalipun dalam skala besar seperti diagnosa penyakit baru, dengan data yang cukup besar. Apapun argumentasinya tentang AI, pada ujung ujungnya manusia dan AI dapat dan perlu bersahabat, tiap saat seperti orang kemana-mana membawa telepon genggam.