Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini, banyak perusahaan mulai aware untuk menjaga lingkungan dan membawa keberlanjutan dalam operasionalnya.
Diantaranya membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang disebut ramah lingkungan karena mengandalkan energi dari sinar matahari.
Penggunaan panel surya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak lingkungan negatif lainnya yang dihasilkan dari sumber energi konvensional. Hal ini membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan, total emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor industri Indonesia mencapai 238,1 juta ton CO2e di tahun 2022.
Salah satunya yakni Primaya Hospital yang baru saja resmi mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya seluas 2800 m2 di atap gedung rumah sakit pertama di Kota Bekasi dan rumah sakit swasta pertama di Jabodetabek yang menggunakan PLTS sebagai sumber energi alternatif dengan kapasitas lebih dari 300 kWp.
Panel surya tersebut dapat menghasilkan energi bersih sebanyak 524 ribu kWh setiap tahunnya atau setara dengan penekanan emisi karbon sebesar 469 ribu kilogram per tahun. Energi bersih sebanyak 524 ribu kWh setara dengan penggunaan listrik tahunan lebih dari 250 rumah atau perjalanan menggunakan mobil listrik lebih dari 2500 mil.
Dengan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini sama dengan menghemat lebih dari 300 Barel minyak dan mengurangi lebih dari 1.600 gram limbah nuklir Sebagai gambaran, penekanan emisi karbon yang dihasilkan dari pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini setara dengan dampak positif penanaman lebih dari 6.000 pohon.
drg. Yuli Astuti Saripawan, M.Kes, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan
pemanasan global merupakan proses peningkatan suhu bumi yang berlebihan, penyebabnya adalah gas rumah kaca yang berlebihan, bukan hanya gas rumah kaca penggunaan energi fosil yang terlalu banyak juga sangat berpengaruh, seperti batu bara dan minyak bumi.
Eka Himawan, Managing Director Xurya menyampaikan PLTS atap yang terpasang di Primaya Hospital dipastikan akan
beroperasi secara optimal hingga lebih dari 20 tahun mendatang.
Leona A. Karnali, CEO Primaya Hospital Group mengatakan panel Surya ini akan memenuhi lebih dari 20% dari kebutuhan listrik di Primaya Hospital Bekasi Timur.
"Selain itu, untuk mendukung strategi penghematan energi, kami juga menggunakan teknologi sensor pintar untuk mengoperasikan lampu penerangan, untuk menunjang penggunaan listrik yang lebih efisien. Besar harapan kami, upaya yang kami lakukan ini dapat bermanfaat untuk generasi di masa depan.” paparnya.
Sementara itu, Alfamidi pun mampu mereduksi karbon dioksida (CO2) mencapai 249,76 ton dari lima PLTS yang sudah beroperasi.
Hingga awal September 2024, lima PLTS Alfamidi yang sudah beroperasi itu berada di Toko Alfamidi Super Suvarna Sutera, Tangerang berkapasitas 74,25 kilo Watt peak (kWp), Warehouse Palu 41,44 kWp, Warehouse Boyolali 207 kWp. Lalu Toko Alfamidi Super Teluk Naga kapasitas 90,09 kWp dan Toko Alfamidi Super Kuta Bumi 90,09 kWp.
Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang Alfamidi lakukan ini selain mampu mengurangi emisi karbon juga dapat mengefisiensikan penggunaan listrik khususnya di warehouse dan gerai-gerai Alfamidi Super. Pembayaran listrik diakui menempati biaya pengeluaran terbesar ketiga dalam operasional Alfamidi.
Direktur Property and Development Alfamidi Lilik Setiabudi mengatakan, pembangunan PLTS ini salah satu bentuk dukungan Alfamidi terhadap gerakan pemerintah menuju Indonesia bebas emisi karbon tahun 2060.
“Hal ini juga sebagai salah satu target efisiensi penggunaan listrik khususnya di warehouse dan gerai-gerai Alfamidi Super,” kata Lilik.
PLTS Alfamidi Super Suvarna Sutera, Tangerang yang terbangun tahun 2023 dengan nilai investasi Rp 1,1 miliar mampu mereduksi 48,25 ton CO2 dan menghemat pembayaran listrik 41,55 persen per bulannya. PLTS Alfamidi cabang Palu terbangun tahun 2021 dengan nilai investasi Rp 742,5 juta mampu mereduksi 190,81 ton CO2 serta penghematan pembayaran listrik 9,03 persen per bulannya.
Selanjutnya, untuk PLTS cabang Boyolali yang baru saja beroperasi di tahun 2024 dengan investasi Rp 2,63 miliar mampu mereduksi 10,7 ton CO2 dan menghemat pembayaran listrik hingga 28,10 persen per bulannya. Sementara dua PLTS lainnya yakni PLTS Alfamidi Super Teluk Naga dan Kutabumi, Tangerang baru beroperasi, sehingga penghitungan total pengurangan emisi dan penghematan listriknya masih berjalan.
Dari pengoperasian sejumlah PLTS itu, Alfamidi mampu mereduksi total emisi sebesar 249,76 ton CO2. Upaya Alfamidi ini tentu mendukung program green energy yang Pemerintah Indonesia canangkan.
Nantinya, PLTS di Warehouse Palu akan diperbesar (upsize) sehingga harapannya dapat meningkatkan efisiensi dan penghematan listrik di tahun 2025.
“Saat ini pemerintah sedang fokus dalam pengembangan PLTS dalam proses switching dari sumber energi tidak dapat diperbarui menjadi sumber energi yang dapat diperbarui. Sehingga gerakan Alfamidi mengikuti program tersebut sudah bisa ditetapkan sebagai perusahaan green energy,” tutur Lilik Setiabudi.
Alfamidi menargetkan dapat mengekspansi pemasangan PLTS ke seluruh warehouse dan Alfamidi Super. Harapannya di tahun 2026, warehouse dan toko Alfamidi Super seluruh Indonesia sudah terintegrasi PLTS. Selain lima PLTS yang sudah beroperasi, Alfamidi juga sedang menyiapkan beroperasinya empat PLTS di Warehouse Medan (184 kWp), Palu (151,4 kWp), Makassar (184 kWp), dan Manado (184 kWp).
Untuk sembilan toko (gerai) Alfamidi Super yang dalam proses persiapan pengoperasian PLTS, yakni Toko Alfamidi Super Limo (74,42 kWp), Cilebut (74,42 kWp), Adam Malik (70,15 kWp), Cipayung (74,42 kWp). Kemudian Alfamidi Super Metland (74,42 kWp), Penggilingan (74,42 kWp), Ciantra (74,42 kWp), Tenjo (74,42 kWp) dan Alfamidi Super Kelapa Dua (30,50 kWp).