Bisnis.com, JAKARTA - Raksasa teknologi asal Amerika Serikat, Meta, dikabarkan mengalami penurunan saham sebanyak 19% setelah timbul kekhawatiran tentang biaya kecerdasaan buatan.
Anjloknya saham itu memangkas kapitalisasi perusahaan tersebut hingga US $200 miliar atau Rp 3.240 triliun.
Melansir dari Reuters (25/4/2024), awalnya CEO Meta Mark Zuckeberg memberi tahu kepada para investor melalui konferensi telepon bahwa fokus pada AI akan meningkatkan cakupan investasi secara signifikan sebelum memperoleh banyak pendapatan baru dari beberapa produk lainnya.
Hal tersebut tidak meyakinkan pada investor, alhasil saham Meta anjlok.
Analis utama Inside Intelligence, Jasmine Enberg mengatakan "investor skeptis terhadap peningkatan belanja di AI. Beberapa investasi tersebut mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membuahkan hasil."
Namun, Enberg juga mengatakan bahwa kemungkinan Meta akan berhasil dalam perlombaan kompetisi di bidang AI.
Dia mengatakan perusahaan itu memiliki audiens bawaan melalui aplikasi-aplikasi yang sudah ada, dan Meta akan memiliki keuntungan dalam monetisasi melalui ekosistem iklannya.
Zuckeberg tampaknya memang telah siap menghadapi hal tersebut. Dia mengingatkan upaya masa lalu perusahaannya melalui produk baru seperti layanan video pendek Reels dan Stories yang belum menghasilkan uang.
"Saya pikir patut untuk diingat, bahwa kita secara historis telah melihat banyak volatilitas pada saham kita selama fase pedoman produk ini, di mana kita berinvestasi dalam mengembangkan produk baru namun belum menghasilkan uang,” tambahnya.
Perusahaan ini telah memutakhirkan iklan produk pembelian mereka dengan menggunakan alat kecerdasan buatan dan mengadopsi format video pendek guna meningkatkan pertumbuhan pendapatan.
Selain itu, mereka juga memperkenalkan fitur-fitur baru berbasis kecerdasan buatan seperti asisten obrolan untuk mendorong interaksi di media sosial mereka.
Pekan lalu, mereka mengumumkan penerapan asisten penagihan Meta AI yang lebih menonjol di semua aplikasi mereka, yang menandakan awal dari penilaian popularitas produk tersebut di kalangan pengguna pada kuartal kedua.
Menurut data LSEG, pendapatan kuartal pertama naik 27% menjadi US $36,46 miliar atau Rp 592 triliun sementara analisis memperkirakan pendapatan sebesar US $36,2 miliar.
Daily active people (DAP) Meta, sebuah metrik yang digunakan untuk melacak pengguna unik dari semua aplikasi yang tergabung di Meta seperti Facebook, Instagram, Messenger, atau WhatsApp dalam sehari, tumbuh 7%.
DAP tumbuh 8% pada kuartal sebelumnya. Awal tahun ini dikatakan bahwa mereka tidak akan lagi mengeluarkan jumlah pengguna jejaring sosial andalan Facebook, yang pertumbuhannya melambat dalam beberapa tahun terakhir. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)