Konflik Iran-Israel Memanas, Sektor Telekomunikasi Berisiko Terdampak

Rika Anggraeni
Selasa, 16 April 2024 | 14:06 WIB
Teknisi melakukan pemeliharaan perangkat BTS (Base Transceiver Station) di sebuah tower seputaran Tol Trans Sumatera yang menghubungkan Kota Medan – Tanjung Pura yang berada di Desa Payabakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Senin (25/3)/dok. XL Axiata
Teknisi melakukan pemeliharaan perangkat BTS (Base Transceiver Station) di sebuah tower seputaran Tol Trans Sumatera yang menghubungkan Kota Medan – Tanjung Pura yang berada di Desa Payabakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Senin (25/3)/dok. XL Axiata
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menilai industri teknologi informasi dan komunikasi bakal terkena dampak tidak langsung dari perang Israel dan Iran, seiring dengan harga sejumlah komoditas yang meningkat. 

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan bahwa pemerintah tengah menangani konflik yang terjadi antara Iran-Israel. Terlebih, ungkap Budi, pemerintah juga telah mengimbau semua pihak untuk menahan diri.

Kemenkominfo melihat perang Iran-Israel belum berdampak pada telekomunikasi di Indonesia. Meski demikian, Kemenkominfo terus melakukan antisipasi.

“Sejauh ini masih belum [dampak perang Iran-Israel]. Tetapi antisipasi hal-hal yang memungkinkan, terutama nanti harga komoditas naik, minyak naik, ekonomi jadi masalah,” kata Budi saat ditemui di Kementerian Kominfo, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Menurutnya, jika perang Iran-Israel ini melebar ke kawasan lain maka akan memicu harga komoditas, termasuk minyak. Kenaikan harga minyak akan meluas ke berbagai sektor, termasuk telekomunikasi. 

“Kalau kekacauan ini melebar ke kawasan, kan impact-nya ke semua komoditas,” ujarnya.

Untuk itu, Budi mengimbau agar semua pihak menahan diri dan menghindari eskalasi, sesuai dengan arahan pemerintah. “Makanya, kami juga mengimbau kita bangsa yang cinta damai dan dipesan supaya semua pihak menahan diri,” ujarnya.

Sebelumnya, Iran baru-baru ini melancarkan serangan ke Israel sebagai respons atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, awal bulan ini.

Serangan Iran ke Israel untuk pertama kalinya itu menandai babak baru dalam perselisihan antara kedua negara yang telah berlangsung selama bertahun-tahun dan terus meningkat sejak Israel menyatakan perang terhadap Hamas pada Oktober 2023.

Sementara itu, laporan terbaru Bank Dunia (World Bank) memperingatkan risiko dari konflik di Timur Tengah, terutama setelah kejadian serangan balasan Iran kepada Israel, dapat berdampak pada perekonomian di seluruh dunia.

Menurut laporan Bank Dunia bertajuk Konflik dan Utang di Timur Tengah serta Afrika Utara (Conflict and Debt in the Middle East and North Africa) yang dirilis Senin (15/4/2024), konflik di Jalur Gaza berdampak pada penurunan PDB di kawasan tersebut sebesar 86% pada kuartal IV/2023.

Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas perekonomiannya hampir terhenti akibat konflik.

Namun, dampak ekonomi dari konflik Timur Tengah di negara lainnya masih relatif terkendali, tetapi ketidakpastian terus meningkat sehingga berbagai wilayah memperkuat antisipasi terhadap segala ancaman.

Misalnya, industri pelayaran mengalihkan rute kapal-kapalnya agar menjauh dari Laut Merah guna mengantisipasi guncangan transportasi laut. Namun, ketidakpastian yang berkepanjangan terhadap rute-rute melalui Terusan Suez dapat meningkatkan harga komoditas secara regional dan global. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper