Bisnis E-Commerce Disebut Masuk ke Fase Baru, Apa Itu?

Crysania Suhartanto
Senin, 21 Agustus 2023 | 21:21 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Modal Ventura untuk Start-Up Indonesia (Amvesindo) menilai bisnis e-commerce Indonesia sudah masuk ke fase baru yang lebih atraktif, salah satunya adalah live shoping. 

Ketua Amvesindo Eddi Danusaputro mengatakan sekalipun kini keadaan sudah normal kembali, tetapi aktivitas bisnis takkan kembali layaknya level sebelum pandemi. 

“Mungkin tidak akan kembali ke level selama pandemi karena orang sudah beraktivitas offline tetapi akan menemukan new equilibrium,” ujar Eddi pada Bisnis, Senin (21/4/2023).

Dia menuturkan bahwa saat ini kanal-kanal e-commerce sudah berubah, tidak hanya sebagai lokapasar di mana barang-barang terpampang dan siap dibeli. Namun telah menjadi kanal penjualan yang lebih komunikatif, di mana pelanggan dan penjual saling berkomunikasi. 

Senada, Managing Partner of Ideosource VC Edward Ismawan Chamdani mengatakan tren pertumbuhan e-commerce saat ini sudah beralih ke model bisnis baru, yakni live shopping melalui media sosial (social commerce). 

Pengunjung yang dahulunya hanya dapat melihat iklan dari sebuah barang di media sosial, kini juga dapat turut membeli barang di media sosial layaknya.

Kondisi tersebut diperkuat dengan kondisi di mana sejumlah e-commerce yang juga menambah kanal untuk memasukan fitur live shopping. Dengan demikian, ini akan membuat adanya keberagaman model bisnis untuk pembelian dan pemasaran secara digital

“E-commerce yang konvensional akan tetap ada dan dibutuhkan khususnya terkait pembelian "non-impulse" atau rutin dan spesifik,” ujar Edward. 

Namun, Edward mengatakan e-commerce harus tetap hati-hati terhadap strategi pemasaran mereka. Menurut Edward, budget pemasaran yang tinggi dan tidak seiring dengan peningkatan kinerja perusahaan akan menjadi bumerang tersendiri.

Apalagi ditambah dengan banyaknya e-commerce yang masih bergantung pada promo yang besar untuk menarik pelanggan yang banyak. 

“(Hal ini) menunjukkan kesalahan model bisnis dan target pelanggan, membuat bisnis tidak berkelanjutan ataupun sustainable,” ujar Edward.

Oleh karena itu, Edward berpendapat bahwa model bisnis e-commerce yang benar adalah perusahaan yang dapat melihat ceruk pasar dan pelanggan yang loyal. Selain itu, e commerce tersebut juga harus mengeruk pertumbuhan organik sebisa mungkin. 

“Promo digunakan sewajarnya dengan tujuan dan visi atau misi yang lebih jangka panjang,” tutup Edward.

Berdasarkan catatan Bisnis, saat e-commerce lokal seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Blibli masih melakukan efisiensi bisnis, Shopee justru memacu belanja perusahaan dengan besar-besaran.

CEO Sea Ltd Forrest Li mengatakan perusahaan telah memulai dan melanjutkan investasi dalam menumbuhkan bisnis e-commerce

Hal ini terbukti dengan kucuran anggaran yang cukup besar untuk mengembangkan kanal live streaming, short video, hingga program afiliasi. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper