JD.com Bakal Hengkang dari JD.ID Indonesia dan Thailand, Ada Apa?

Khadijah Shahnaz Fitra
Kamis, 1 Desember 2022 | 08:50 WIB
Aktivitas pekerja di Warehouse JD.ID Marunda, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (11/12/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas pekerja di Warehouse JD.ID Marunda, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (11/12/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - E-commerce raksasa asal China, JD.com yang juga merupakan induk dari JD.ID dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mundur dari pasar di Indonesia dan Thailand.

Dilansir dari South China Morning Post, Kamis (1/12/2022) alasan JD.com berencana mundur dari kedua pasar terbesar di Asia Tenggara dikarenakan ingin mempertajam fokusnya untuk mengurangi kerugian di wilayah tersebut dan memperkuat operasi di pasar dalam negerinya.

Menurut sumber yang mengetahui masalah ini, bisnis e-commerce di Indonesia dan Thailand telah menjadi tantangan selama beberapa tahun belakangan.

JD.com saat ini sedang mencari investor untuk mengambil alih sahamnya di JD.ID, perusahaan patungan yang dibentuk pada 2015 dengan firma ekuitas swasta yang berkantor pusat di Singapura, Provident Capital Partners.

JD.com juga telah bekerja untuk keluar dari usaha patungan Thailand JD Central, yang dibentuk pada 2017 dengan konglomerat pengembangan ritel dan properti yang berbasis di Bangkok, Central Group.

Berita tentang upaya JD.com untuk menarik diri dari dua perusahaan patungan Asia Tenggara tersebut awalnya dilaporkan oleh media China Xiaguangshe, mengutip sumber yang mengatakan ekspansi perusahaan di dua pasar tersebut telah menelan biaya lebih dari 10 miliar yuan (US$1,39 miliar) atau setara Rp21,736 triliun selama sewindu di kedua negara tersebut.

Keputusan perusahaan untuk menarik diri dari Indonesia dan Thailand mencerminkan perlambatan pertumbuhan e-commerce di pasar tersebut, sebagian disebabkan oleh meningkatnya biaya hidup.

Konsumen di seluruh Asia Tenggara telah memperketat dompet mereka, menurut Jianggan Li, pendiri dan kepala eksekutif firma ventura dan konsultan teknologi Momentum Works yang berbasis di Singapura.

Dia mengatakan dolar AS yang kuat telah merugikan mata uang lokal di seluruh wilayah, yang menyebabkan kenaikan harga produk impor dan bahan bakar. Hal itu telah mendorong JD.ID, yang telah melakukan PHK lebih dari 200 orang awal tahun ini, untuk menekan biaya dan membekukan perekrutan.

Usaha patungan di Indonesia itu sekarang fokus pada memperbaiki arus kasnya dan bekerja untuk mencapai margin positif.

Sebelumnya, Director of General Management JD.ID, Jenie Simon, tak menampik adanya upaya PHK sejalan dengan peninjauan, penyesuaian, hingga inovasi atas strategi bisnis dan usaha.

“Lebih lanjut, JD.ID juga melakukan pengambilan keputusan seperti tindakan restrukturisasi, yang mana di dalamnya terdapat juga pengurangan jumlah karyawan,” jelas Jenie, dalam keterangannya, Kamis (26/5/2022).

Terkait PHK, Jenie mengatakan akan patuh dan tunduk terhadap regulasi ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan pemerintah dan akan memperlakukan dan memberikan hak karyawan, sebagaimana diatur dalam regulasi tersebut JD.ID juga mengatakan akan fokus pada pengoptimalan struktur ketenagakerjaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper