Bisnis.com, JAKARTA - Dalam beberapa hari terakhir, kualitas udara di Jakarta disebutkan terburuk di Indonesia.
Memburuknya kualitas udara ini diasumsikan karena mulainya work from office (WFO) di Jakarta. Memang sejak awal Juni 2022, banyak perusahaan mulai menerapkan 100 persen WFO untuk karyawannya.
Kebijakan ini menyusul menurunnya kasus covid di tanah air, terutama di Jakarta.
Pendapat kualitas udara memburuk akibat WFO itu dibantah oleh Piotr Jakubowski, co-founder Nafas Id, aplikasi pemantau kualitas udara di Indonesia.
"Selama beberapa hari yang lalu, ada orang yang menginformasikan bahwa polusi udara yang buruk disebabkan oleh kembalian WFO Itu statementnya salah Ada banyak faktor diluar WFO yg pengaruh kepada udara buruk," ujarnya dikutip dari akun twitternya.
Dia menjelaskan, salah satu tipe polusi udara yang paling berbahaya di Indonesia adalah Particulate Matter 2.5, atau PM2.5. PM2.5 berbahaya karena ukuran "debunya" sangat kecil hingga bisa masuk ke paru-paru.
Menurutnya, rumus menghitung kualitas Polusi Udara adalah menghitung Sumber ditambah Atmosfer Sumber dikurangi industri, pembakaran sampah, pabrik, transport, listrik dan lainnya sebagai kontrol penuh.
Dia menambahkan yang tidak tidak bisa dikontrol penuh atas kualitas udara yakni Atmosfer, cuaca, geografi, angin, hujan.
Menurutnya, sumber produsen polusi udara cukup banyak. Semua yang bisa dibakar dan yang mempunyai asap, memproduksi polusi PM2.5.
Sementara itu, atmosfer manipulator polusi udara bumi mempunyai beberapa hal, termasuk geografi, kondisi cuaca, yang berdampak kepada seberapa parah polusi udara.
Faktor lainnya terkait polusi udara yakni Planetary Boundary Layer (PBL), yaitu sehelai atmosfer kita yang dinamis. Tergantung dari kondisi bumi, suhu udara dan lainnya, dan jaraknya bisa berbeda dari beberapa meter sampai beberapa km di atas bumi.
Faktor ini penting karena ketika siang hari suhu udara tinggi maka PBL Tinggi juga tinggi, sehingga banyak ruang untuk partikel PM2.5 bergerak sehingga konsentrasi polusi rendah.
Sementara itu, malam hari suhu udara rendah karena PBL Rendah dan tidak ada ruang untuk partikel PM2.5 bergerak, konsentrasi polusi Tinggi (Data dari @nafasidn).
"Dibandingkan siang hari, polusi udara jauh lebih parah pada malam hari. Ini terjadi akibat Planetary Boundary Layer ini, dan juga karena faktor meteorologi," jelasnya.
Dia juga menjelaskan pengantian musim berdampak kepada polusi PM2.5 karena ada perbedaan faktor seperti hujan Angin, arah angin suhu udara, musim hujan, hujan angin, polusi, musim kemarau, dan hujan angin polusi
"Secara lebih detail, impactnya angin kepada polusi udara bisa dilihat dari data Lebaran 2022 di bulan Mei kemarin. Ada beberapa hari dimana polusinya tinggi sesudah banyak orang mudik. Ini terjadi karena ada kekurangan angin," tambahnya.
Jika dilihat dari mulainya WFO, lanjutnya, ketika semua orang ke kantor naik kendaraan dan fix polusi udaranya tinggi. Logikanya, dengan WFH terbalik karena tidak ada kendaraan maka tidak ada polusi.
Namun, berdasarkan data NafasIdn, polusi udara di Jakarta justru naik di waktu PPKM darurat. Kenaikan terjadi secara rata-rata di Jabodetabek, berdasarkan data dari 120 sensor @nafasidn.
Data tersebut menunjukkan adanya kenaikan polusi udara PM2.5 sebanyak 12%, di Kuningan 17%, di Bekasi 24%. di Bogor Barat 33%
"Ini artinya WFO bukan alasan adanya polusi udara tinggi. Ada faktor yang diluar tangan kita (atmosfer) yang berdampak signifikan kepada polusi," tegasnya.
Sebelumnya, IQAir per Senin (20/6/2022) menyatakan, kualitas udara di Jakarta menempati posisi pertama kualitas udara terburuk di Indonesia.
Tepat pada pukul 11.24 WIB, polusi udara di Jakarta memiliki indeks kualitas udara di angka 155 dan menandakan kondisi yang tidak sehat.
Sementara itu, Selasa (21/6/2022), kualitas udara di DKI Jakarta kembali menempati posisi kedua dalam daftar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Tepat pada pukul 08.15 WIB, polusi udara di Jakarta memiliki indeks kualitas udara yang mencapai angka 159 dan menandakan kondisi yang tidak sehat.
Dikutip dari situs pemantau kualitas udara di dunia, iqair.com, bahwa konsentrasi PM2.5 atau partikel udara di Jakarta untuk saat ini 14,2 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).