Bisnis.com, JAKARTA — Teknologi metaverse digadang-gadang akan memberikan peluang bisnis baru bagi operator seluler di Tanah Air. Sejalan dengan itu, metaverse juga memaksa setiap operator untuk meningkatkan layanan serta kapasitas jaringan di seluruh area layanannya.
Apalagi, ke depannya metaverse tidak hanya diinisiasi serta diadopsi oleh perusahaan, organisasi, atau instansi pemerintah saja, tetapi juga dapat diakses dan dinikmati oleh masyarakat secara luas. Ditambah lagi, permintaan di dalam negeri juga terbilang cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain.
Seperti yang pernah disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate bahwa pemanfaatan teknologi metaverse menjadi sebuah keniscayaan sehingga Indonesia harus menyiapkan pemanfaatan teknologi tersebut.
Teknologi metaverse juga akan menjadi salah satu use case baru bagi operator seluler. Setidaknya, peluang bisnis yang akan diperoleh operator adalah dari peningkatan penggunaan kuota internet karena pengalaman metaverse membutuhkan kuota besar.
Ulasan tentang peluang bisnis yang bisa ditangkap operator seluler menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, selain beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Minggu (29/5/2022):
1. Gemilang Sektor Tambang di Tengah Desakan Industri Hijau
Di tengah upaya pemerintah memacu penggunaan energi hijau yang lebih ramah lingkungan, sektor pertambangan batu bara diyakini masih memiliki pamor yang cukup kuat bahkan hingga beberapa tahun mendatang.
Melesatnya harga emas hitam itu serta makin besarnya potensi peningkatan permintaan di pasar global, membuka peluang besar bagi kalangan pelaku usaha pertambangan batu bara untuk terus melakukan ekspansi bisnis.
Sejalan dengan itu, potensi penyaluran pembiayaan ke sektor ini juga terus bertumbuh, paling tinggi dibandingkan dengan sektor usaha lainnya.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memproyeksikan sektor tambang batu bara masih memiliki outlook yang baik dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan. Sejumlah perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) bahkan telah mengajukan revisi rencana kerja dan anggaran belanja atau RKAB untuk peningkatan kapasitas produksi pada tahun ini.
2. Proteksionisme Perparah Krisis Pangan Global
Upaya perekonomian gobal untuk pulih kembali dari pukulan pandemi Covid-19 dan krisis lingkungan semakin berat akibat situasi geopolitik dunia yang memanas dipicu perang Rusia-Ukraina.
Dampak perang terus meluas yang menghambat jalannya roda perekonomian global di berbagai sisi termasuk tersendatnya rantai pasok perdagangan produk dan bahan pangan hingga memicu krisis pangan global yang semakin berat saat ini.
Akibat krisis pangan dunia yang sedang meningkat, tak pelak mempercepat berbagai langkah proteksionis oleh negara-negara yang berusaha mengamakan kepentingannya masing-masing sehingga menambah kekhawatiran keamanan pangan.
Situasi ini kemungkinan akan makin memperberat masalah dan dapat menyebabkan perang perdagangan yang lebih luas, demikian peringatan para pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan dunia yang disuarakan dalam World Economic Forum (WEF) atau Forum Ekonomi Dunia yang tengah berlangsung di Davos, Swiss.
3. Metaverse dan Peluang Bisnis Baru Operator Seluler
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhamad Arif menilai metaverse akan sangat mendukung bisnis operator seluler untuk meningkatkan penggunaan layanan dari operator. Namun, hal itu harus diimbangi dengan skema bisnis yang bagus dan tidak terjebak pada perang harga.
Bagaimana pun, tantangan terbesar bagi operator adalah adalah ketika metaverse makin masif dipergunakan di masyarakat. Sebab, operator seluler tentunya perlu meningkatkan kapasitas jaringannya di seluruh area layanannya.
Tak bisa dimungkiri bahwa sebagai dunia digital, metaverse membutuhkan layanan jaringan yang andal. Tentu, hal ini menjadi peluang besar bagi operator untuk mendukung perkembangan ekosistem dengan kolaborasi serta menghadirkan konektivitas canggih dan latensi rendah seperti 5G.
4. Musim Keruntuhan Perusahaan Rintisan
Sederet perusahaan rintisan dalam negeri ditengarai mulai mengalami gejolak finansial seiring dengan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) serempak dalam beberapa waktu terakhir.
Kondisi ini setidaknya dialami oleh startup edukasi Zenius, platform dagang-el JD.ID hingga teranyar perusahaan dompet digital LinkAja. Kondisi ini menyebabkan tanda tanya terhadap kinerja keuangan perusahaan baru tersebut.
Gelombang PHK ini dinilai sebagai strategi efisiensi yang mulai dijalankan perusahaan. Salah satunya melalui pengurangan pekerja. Langkah tersebut diperkirakan buntut dari sejumlah kondisi seperti kenaikan suku bunga The Fed, kondisi makro ekonomi yang sedang terjadi hingga pandemi Covid-19.
5. Promosi Potensi Papua Sampai ke Negeri Jauh
Pemerintah berupaya memperkenalkan beragam potensi ekonomi Papua ke mancanegara guna menarik minat investasi global.
Langkah itu pula yang ditempuh Kementerian Investasi/BKPM saat mempromosikan keindahan Tanah Papua lewat acara Indonesia Night di Davos, Swiss yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Paviliun Indonesia di ajang World Economic Forum (WEF).
“Kenapa Papua? Karena masa depan Indonesia itu di Timur. Masa depan Indonesia termasuk di Papua. Alamnya masih sangat bagus, hutannya bagus. Punya kekayaan tambang, perikanan yang ini kalau kita kelola dengan pendekatan industri hijau dan Energi Baru Terbarukan,” tutur Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.
Indonesia Night adalah kegiatan yang menghadirkan budaya, hiburan, kuliner, serta sebagai sarana untuk menjalin konektivitas dan peluang bisnis di Indonesia.
Perhelatan ini menampilkan berbagai tarian tradisional, serta lagu-lagu daerah dari berbagai wilayah di Nusantara yang dihadiri sejumlah pejabat pemerintah, pemimpin bisnis, dan tokoh-tokoh Indonesia lainnya.