Tren Kerja Hybrid, Microsoft Minta Perusahaan Mulai Investasi Infrastruktur

Nyoman Ary Wahyudi
Kamis, 18 November 2021 | 22:27 WIB
Karyawan beraktivitas di sebuah gedung perkantoran di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta hingga Rabu (18/3), sebanyak 21.589 orang dari 220 perusahaan telah melaksanakan bekerja di rumah atau Work from Home (WFH). - ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Karyawan beraktivitas di sebuah gedung perkantoran di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta hingga Rabu (18/3), sebanyak 21.589 orang dari 220 perusahaan telah melaksanakan bekerja di rumah atau Work from Home (WFH). - ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Microsoft menyarankan para pemimpin perusahaan mulai berinvestasi serius pada infrastruktur kerja hybrid yang menunjuang kinerja karyawan mereka setelah pandemi Covid-19.

Alasannya, model kerja hybrid itu dinilai bakal menjadi tren baru untuk menjaga produktivitas dan kinerja perusahaan.

Country HR Lead Indonesia & South East Asia New Markets Microsoft Deni Yudi Syahputra mengatakan perusahaan mesti merancang ulang alokasi investasi untuk mengembangkan infrastruktur luring dan daring mereka. Harapannya, investasi itu dapat menunjang fleksibilitas pekerja. 

“Bagaimana perusahaan memikirkan ulang dari sisi investasinya dari aspek space infrastructure yang ada dan dari technology infrastucture yang ada sehinga bisa menjembatani antara pekerja secara remotely dengan yang ada di luar,” kata Deni saat menghadiri diskusi daring Bisnis Indonesia bertajuk 'Employee Experience during Hybrid Work Environment', Kamis (18/11/2021). 

Adapun diskusi itu turut dihadiri Direktur Umum & SDM BPJS Ketenagakerjaan Abdur Rahman Irsyadi, Senior Specialist Modern Workplace Microsoft Indonesia Erice Ong dan Head of Strategy and Business Devolopment GLIN Asia Pacific Amrita Prasad. 

Menurut Deni, investasi pada bidang infrastruktur itu menjadi krusial lantaran model kerja dari rumah selama pandemi Covid-19 telah berdampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental karyawan. Dengan demikian, investasi itu diharapkan dapat menjamin fleksibilitas kerja dari karyawan lewat skema kerja hybrid tersebut. 

“Sudah banyak studi dan riset yang dilakukan mengindikasikan bahwa digital exhaust itu berdampak pada kesehatan mental dan emosional individu sehingga penting hybrid working ini didukung insiatif dari perusahaan,” kata dia. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Head of Strategy and Business Development GLINT Asia Pacific Amrita Prasad mengatakan perusahaan mesti mulai beradaptasi untuk menerapkan model kerja hybrid yang dinilai tidak terhindarkan setelah Pandemi Covid-19.

Menurut Amrita, model kerja itu menjadi jalan tengah untuk menjaga produktivitas karyawan dan kinerja perusahaan.  

Berdasarkan survei yang dilakukan GLINT pada sekitar 1.000 perusahaan di seluruh dunia menunjukkan adanya penurunan tingkat kepuasan karyawan di tengah kemungkinan untuk kembali bekerja sepenuhnya di kantor. Adapun survei itu dilakukan sepanjang Oktober 2019 hingga September 2021. 

“Dua tahun belakangan kami memonitor tren kepuasan karyawan secara global menurun sejak pandemi hingga tahun 2021 ini, sekalipun tingkat kepuasan itu sempat naik signifikan pada awal pandemi,” kata Amrita saat menghadiri diskusi daring Bisnis Indonesia bertajuk Employee Experience during Hybrid Work Environment, Kamis (18/11/2021). 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper