Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky menyarankan sektor keuangan Indonesia untuk meningkatkan intelijen ancaman siber seiring meningkatnya transaksi keuangan digital di Indonesia.
General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky Yeo Siang Tiong mengatakan saat ini sebagian besar penjahat dunia maya berorientasi untuk memperoleh uang dengan mudah adalah motivasi utama.
Adapun, sektor keuangan diposisikan secara unik untuk menjadi target serangan terlepas dari tren yang ada.
“Pertumbuhan layanan keuangan digital di Indonesia, seperti di wilayah lainnya, menciptakan risiko baru nan tinggi bagi pengguna dan penyedia layanan. Dalam hal ini, teknologi akan berperan menjadi game changer,” katanya lewat diskusi virtual, Kamis (23/9/2021).
Lebih lanjut, dia menjelaskan dengan pembatasan sosial dan peningkatan pengaturan kerja jarak jauh, tidak semua bank siap menangani ancaman dunia maya.
Penyebabnya, pembatasan sosial juga menyebabkan penggunaan pembayaran digital dan platform uang elektronik meroket dalam waktu singkat.
Baca Juga Crayon Resmi Masuk Pasar Cloud Indonesia |
---|
Bahkan, kemampuan teknologi dan model operasi yang dibangun untuk melanjutkan operasional perbankan, dianggap sebagai bagian penting dalam memastikan kelangsungan bisnis, mempertahankan kontrol dan penyesuaian, serta meningkatkan kinerja meskipun di saat masa penguncian.
Menurutnya, sejumlah Bank yang tertinggal dalam upaya transformasi digital juga menyadari perlunya mempercepat perjalanan digitalisasi mereka. Bahkan, survei tahun ini menunjukkan lebih dari separuh masyarakat Indonesia memilih menggunakan layanan perbankan digital.
Dia menjelaskan, dalam Laporan IT Security Economics Kaspersky baru-baru ini, ditemukan bahwa intelijen menganggap terdapat 41 persen ancaman terhadap sektor keuangan dan area investasi dan 39 persen terhadap UMKM dalam menanggapi insiden pelanggaran data.
Untuk mengamankan upaya berkelanjutan dalam konektivitas digital, identifikasi, dan infrastruktur pembayaran, kumpulan intelijen ancaman terkini memainkan peran penting dalam mengawasi serangan siber yang kian berkembang baik secara frekuensi dan kompleksitas.
Menurutnya, intelijen ancaman dapat mengidentifikasi dan menganalisis ancaman dunia maya yang menargetkan bisnis. Namun, intelijen ancaman tidaklah sama dengan data ancaman yang berisikan tentang daftar potensi ancaman.
Intelijen ancaman adalah ketika spesialis TI atau alat canggih membaca ancaman dan menganalisisnya, dan menerapkan pengetahuan historis untuk mengetahui apakah ancaman tersebut nyata, dan jika memang demikian, apa tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasinya.
Selain itu, dia melanjutkan dari Januari hingga April 2020 saja, rata-rata kejadian harian serangan brute force mengalami peningkatan 24 persen. Faktanya, bahkan organisasi perawatan kesehatan dan layanan penting lainnya menjadi sasaran kelompok ancaman persisten tingkat lanjut (APT).