Bisnis e-Commerce Menggeliat, Tokopedia Rajai Pasar Asia Tenggara

Media Digital
Jumat, 4 Juni 2021 | 10:00 WIB
Foto: dok. Tokopedia
Foto: dok. Tokopedia
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan elektronik atau e-commerce menjadi salah satu solusi di tengah pandemi Covid-19 yang menekan berbagai sektor perekonomian di Indonesia. 

Pandemi Covid-19 telah membawa dampak ke berbagai sektor dan lini kehidupan, tidak terkecuali bagi perekonomian dan bisnis. Penyebaran virus ini telah menimbulkan economic shock, yang mempengaruhi ekonomi perorangan, rumah tangga, perusahaan mikro, kecil, menengah maupun besar, bahkan mempengaruhi ekonomi negara dengan skala cakupan dari lokal, nasional, hingga global. 

Beberapa bidang perekonomian merasakan imbas seperti perdagangan, investasi, transportasi, dan pariwisata. Meskipun di satu sisi perekonomian melemah, namun di sisi lain, perekonomian juga mengalami peningkatan, khususnya di sektor perdagangan elektronik secara global, termasuk di Indonesia. Peningkatan ini didorong dengan diberlakukannya berbagai pembatasan mobilitas. 

Menurut data Bank Indonesia (BI), selama pandemi penjualan e-commerce meningkat 26% dengan konsumen baru sebesar 51%. Pembayaran digital juga ikut meningkat dengan adanya penggunaan teknologi.

Selain itu, aktivitas ekonomi di e-commerce tercatat naik hingga 40,6%. Menurut laporan Tinjauan Big Data Terhadap Dampak Covid-19 2020 yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), penjualan online juga melonjak tajam selama masa pandemi. 

Pada 2021, BI memprediksi transaksi perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE) atau perdagangan elektronik mampu melejit hingga 33% pada tahun ini sejalan dengan sinergitas yang dilakukan oleh pemerintah. 

“Ekonomi digital bisa makin kuat. Perdagangan elektronik akan naik dari Rp253 triliun jadi Rp337 triliun atau tumbuh 33%,” ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. 

Dia memprediksi, transaksi melalui uang elektronik bisa naik dari Rp201 triliun pada tahun lalu menjadi Rp266 triliun pada tahun ini, atau tumbuh 32%. Adapun, transaksi melalui digital banking diperkirakan tumbuh 19% yakni dari Rp27.000 triliun pada tahun lalu menjadi Rp32.200 triliun pada tahun ini. 

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan bahwa valuasi ekonomi digital di Indonesia akan mencapai US$130 miliar pada 2025. Angka tersebut melesat cukup jauh dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya US$44 miliar.

Johnny mengatakan dengan angka valuasi tersebut, Indonesia akan menjadi negara dengan pasar ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara. 

Berbagai data pertumbuhan positif ini sejalan dengan data dari Research and Market menyebut bahwa pertumbuhan pasar e-commerce di Indonesia diprediksi mencapai US$21,2 miliar dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) 37,4% untuk mencapai US$104 miliar di tahun 2022. 

Dari total pasar e-commerce tersebut, transaksi business to business (B2B) berkontribusi sebesar 26,4% pada total industri. E-commerce juga merupakan salah satu pendorong utama yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara mencapai $40 miliar pada tahun 2019 dan diprediksi meningkat hingga $130 miliar pada 2025. 

Pertanyaan selanjutnya, adakah data pertumbuhan itu sejalan dengan pertumbuhan bisnis pemain e-commerce? Euromonitor International baru-baru ini dalam laporannya menyebutkan Tokopedia menduduki posisi puncak pemain retail terbaik di Indonesia, sekaligus di Asia Tenggara. 

Tokopedia masuk jajaran Top 100 Peretail di Asia pada 2021 (Top 100 Retailers in Asia 2021). Tokopedia masuk sebagai peringkat 26 (US$11.683 juta), mengungguli Apple Inc di peringkat 27 (US$11.278 juta), dan Sea Ltd sebagai induk perusahaan Shopee di peringkat 31 (US$10.367 juta).

Di pasar Asia Tenggara, Tokopedia (US$11.683 juta) menduduki peringkat pertama, melampaui Seven & I Holdings Co Ltd (US$11.532 juta) dan Sea Ltd (US$8.739 juta), pemilik merek Shopee. 

Menurut SimilarWeb, sepanjang Q1 2021 ini, Tokopedia menjadi marketplace teratas di Indonesia. Jumlah pengunjung Tokopedia paling banyak di kategori e-commerce and shopping. Marketplace tersebut menempati posisi teratas sejak Januari hingga Maret 2021. 

Rata-rata jumlah kunjungan Tokopedia selama kuartal I 2021 mencapai 126,4 juta, dengan rerata unique visitor 38,93 juta. Sementara, pada Maret 2021, tercatat Tokopedia mendapatkan porsi 33,07% traffic marketplace nasional.

Angka tersebut naik dibandingkan periode Januari 2021 dengan penguasaan traffic sebesar 32,04%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper