Para Ilmuwan Teliti Mengapa Setiap Kasus Covid-19 Tampak Berbeda

Fransisco Primus Hernata
Rabu, 7 Oktober 2020 | 18:34 WIB
Sel virus corona
Sel virus corona
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Para ilmuwan tengah meneliti bagaimana peran sel tubuh merespons terhadap penyakit Covid-19, menyusul adanya efek yang berbeda pada pasien yang positif.

Untuk memecahkan teka-teki ini, para ilmuwan membutuhkan pemahaman mendalam tentang bagaimana berbagai jenis sel kekebalan tubuh merespons SARS-CoV-2, yaitu virus penyebab Covid-19.

Sebuah studi internasional yang dipimpin oleh para ilmuwan di La Jolla Institute for Immunology (LJI), The University of Liverpool dan University of Southampton adalah yang pertama memberikan gambaran rinci tentang bagaimana sel CD4 + T tubuh merespons virus SARS-CoV-2.

Di antara temuan tersebut, penelitian mereka menunjukkan bahwa pada tahap awal penyakit, pasien yang dirawat di rumah sakit dengan kasus COVID-19 yang parah mengembangkan subset sel T baru yang berpotensi membunuh sel B dan mengurangi produksi antibodi.

Studi yang dipublikasikan pada 6 Oktober 2020 di Cell tersebut, memberikan dasar penting untuk analisis lebih rinci dan menunjukkan kekuatan teknik mutakhir yang disebut sekuensing RNA sel tunggal (RNA-seq).

Penelitian ini menggunakan sequency RNA sel tunggal untuk menganalisis molekul RNA yang diekspresikan oleh sel CD4 + T yang secara khusus mengenali SARS-CoV-2 .

Penelitian dipimpin oleh Professor Pandurangan Vijayanand MD, Ph.D., dari LJI Associate berkolaborasi dengan Christian H. Ottensmeier, MD, Ph.D., FRCP, profesor di Universitas Liverpool serta asisten profesor di LJI.

"Ini memungkinkan kami menunjukkan, untuk pertama kalinya, sifat lengkap sel yang merespons virus ini." tambahnya.

"Ini adalah permulaan. Kami perlu memiliki referensi untuk melihat kembali studi lebih lanjut, dan pekerjaan ini baru, tepat waktu, terperinci, inovatif  dan terbuka." kata Otteensmeier.

Vijayanand dan rekan-rekannya di LJI telah memelopori penggunaan sequency RNA sel tunggal dalam imunologi. Sequency RNA memberi para peneliti jendela baru ke dalam pola ekspresi gen yang dapat membuat respons kekebalan setiap orang terhadap virus berbeda. Untuk studi baru, para peneliti berfokus pada sel CD4 + T, yang memainkan banyak peran penting dalam melawan infeksi.

"Sel CD4 + T memainkan peran sentral dalam mengatur tanggapan kekebalan," ujar rekan penulis studi Benjamin Meckiff, Ph.D.

"Mereka adalah populasi sel kekebalan yang heterogen yang menjalankan berbagai fungsi, dan kami telah mampu secara khusus menganalisis tanggapan mereka terhadap SARS-CoV-2." tambahnya

Vijayanand dan Ottensmeier berencana menggunakan RNA-seq sel tunggal untuk menganalisis sel CD4 + T dari pasien yang dirawat di rumah sakit karena influenza tahun ini. Ketika pandemi melanda, para peneliti mengajukan permohonan pada awal Maret untuk persetujuan untuk menggunakan sampel dari pasien COVID-19 juga.

"Kami mengumpulkan sampel yang sesuai sejak awal pandemi," ujar Vijayanand.

Para peneliti mempelajari sampel dari 40 pasien COVID-19 dalam dua kelompok. Kelompok dirawat di rumah sakit termasuk 22 pasien (dengan sembilan dirawat di ICU). Kelompok yang tidak dirawat memiliki 18 pasien yang mengalami gejala COVID-19 yang lebih ringan.

Para ilmuwan menggunakan RNA-seq sel tunggal untuk menganalisis jenis sel CD4 + T yang merespons SARS-COV-2 pada pasien ini. Setiap jenis sel T memiliki peran dalam melawan virus: beberapa (sel CD4 + T "penolong") mengingatkan tubuh terhadap infeksi dan merekrut sel kekebalan lainnya, sementara yang lain (sel TFH) memberi sinyal sel B untuk membuat antibodi.

Akhirnya, beberapa (Treg) melakukan tugas penting untuk menghambat sel T lainnya, menjaga sistem kekebalan agar tidak merusak jaringan tubuh sendiri. "Ada banyak tipe sel T yang merespons virus ini," ujar Vijayanand.

Para peneliti juga mengingatkan bahwa penelitian pada manusia hanya korelatif dan tidak dapat menyimpulkan bahwa populasi sel T tertentu mendorong keparahan penyakit. Mereka yakin beberapa temuan memerlukan pengamatan lebih dekat.

Misalnya, para ilmuwan menemukan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki tingkat sel TFH "sitotoksik" yang lebih tinggi, yang berpotensi memperburuk infeksi.

Para peneliti kemudian memeriksa konsentrasi antibodi spesifik SARS-CoV-2 pada pasien. Mereka dengan sel TFH yang tidak berfungsi juga memiliki lebih sedikit antibodi. "Sel TFH pada pasien yang dirawat di rumah sakit menunjukkan tanda gen yang menunjukkan bahwa mereka tidak berfungsi dan tidak memberikan bantuan kepada sel B seperti yang kita harapkan," ujar Meckiff.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper