Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah bintang yang dekat dengan Planet Bumi meledak jutaan tahun yang lalu, dan mungkin menjadi pemicu terjadinya Zaman Es di planet bumi, demikian menurut hasil penelitian baru.
Para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa sebuah bintang berukuran hingga 25 kali Matahari mengalami fase supernova masif 2,5 juta tahun yang lalu. Bintang itu cukup dekat dengan Bumi sehingga para ilmuwan dapat menemukan jejak ledakan di planet kita.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Physical Review Letters, ledakan bintang tersebut dapat menyebabkan pembentukan besi, mangan, dan elemen berat lainnya. Para ahli dari Technical University of Munich telah menemukan lapisan besi-60 dan mangan-53 di dasar laut yang berumur sekitar dua setengah juta tahun.
Mangan yang terbentuk di Bumi adalah mangan-55, sedangkan mangan-53 biasanya terbentuk dari debu kosmik dan melimpah di sabuk asteroid, Kedua unsur tersebut adalah isotop yang terbentuk di reaktor nuklir sebuah bintang dan diledakkan menuju kosmos ketika bintang tersebut mengalami kematian akibat ledakan.
Menurut tim, keberadaan kedua elemen ini cukup untuk memastikan sebuah bintang di dekat tata surya kita meledak. Penulis utama studi tersebut yaitu Dr Gunther Korschinek mengatakan peningkatan konsentrasi mangan-53 dapat dianggap sebagai 'senjata asap' yang menjadi bukti utama bahwa proses supernova ini benar-benar terjadi.
"Ini adalah investigasi ultra-trace analysis. Kita hanya membicarakan beberapa atom di sini. Tapi spektrometri massa akselerator sangat sensitif bahkan memungkinkan kita menghitung bahwa bintang yang meledak pasti berukuran sekitar 11 sampai 25 kali ukuran Matahari," ujarnya dilansir dari Express.
Untungnya jarak sebenarnya cukup jauh sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan pada kehidupan di Bumi dengan semburan radiasi yang intens. Namun, para ahli percaya itu bisa jadi penyebab terjadinya zaman es melalui pelepasan sinar kosmik yang akan membombardir Bumi selama ribuan tahun setelah peristiwa tersebut.
Sinar kosmik dapat mendorong pertumbuhan dan pembentukan inti kondensasi awan yang merupakan benih dari pembentukan awan di atmosfer. Semakin banyak awan di atmosfer menyebabkan lebih sedikit sinar matahari yang mencapai permukaan, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan suhu.
"Hal ini dapat menyebabkan peningkatan pembentukan awan. Mungkin ada kaitannya dengan zaman Pleistosen, periode Zaman Es, yang dimulai 2,6 juta tahun lalu," Ujar Rekan penulis Dr Thomas Faestermann.