PSBB Jakarta, Pendapatan Operator Seluler Bisa Tertekan

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 10 September 2020 | 15:59 WIB
Warga menerima panggilan masuk melalui telepon genggamnya di pelosok Mosairo, Nabire, Papua, Selasa (11/7)./ANTARA-Indrayadi TH
Warga menerima panggilan masuk melalui telepon genggamnya di pelosok Mosairo, Nabire, Papua, Selasa (11/7)./ANTARA-Indrayadi TH
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total untuk wilayah DKI Jakarta, diprediksi bakal membuat industri telekomunikasi yang ingin pulih, kembali tertekan.

Analis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana mengatakan PSBB periode Maret-April atau jilid I yang diterapkan pemerintah daerah telah membuat laju pendapatan dari layanan legacy (suara dan SMS) mengalami penurunan tajam.

"Hal tersebut, disebabkan layanan panggilan suara dan SMS saat ini masih banyak dilakukan di kawasan perkantoran dibandingkan dengan kawasan residensial," kata Etta kepada Bisnis.com, Kamis (10/9/2020).

Penurunan, ujar Etta, dapat terlihat dari keuangan yang dibukukan PT Telekomunikasi Indonesia (persero) Tbk. Berdasarkan Info Memo Telkom, pada kuartal II/2020, Telkom membukukan pendapatan senilai Rp66,85 triliun, turun 3,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh anjloknya pendapatan dari layanan legacy yang terjun hingga 27,5 persen atau sekitar Rp4,9 triliun secara tahunan, dari Rp17,96 triliun pada kuartal II/2019 menjadi Rp13,02 triliun.

Padahal untuk layanan data, internet dan layanan IT, Telkom membukukan pendapatan senilai Rp35,33 triliun naik, 6,8 persen secara tahunan. Telkom juga mencatatkan pertmbuhan dari layanan IndiHome sebesar 19,1 persen, dari Rp8,7 triliun menjadi Rp10,36 triliun pada kuartal II/2020.

Sayangnya, laju pertumbuhan kedua pendatan dari layanan data tersebut tidak dapat menutupi derasnya penurunan pendapatan dari layanan legacy.

“Pengguna voice terbesar masih perkantoran/industri terutama yang membutuhkan rekaman suara,” ujar Etta.

Etta berpendapat PSBB jilid II berisiko memberikan tekanan yang lebih dalam terhadap pendapatan layanan legacy, seiring dengan pembatasan kegiatan sosial dan daya beli masyarakat yang terus menurun akibat pendemi yang tak kunjung selesai.

“Untuk bisnis ritel terus kami kembangkan dengan membangun sistem pemasaran atau penjualan secara langsung maupun daring,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper