Bisnis.com, JAKARTA -- Make-up artist, beauty blogger, dan salon kecantikan sangat bertautan dengan industri riil seperti pariwisata dan ritel.
Menurut CEO dan Founder Hello Beauty, Dennish Tjandra, pandemi Covid-19 telah menampar bisnis ini hingga penurunan kinerja 70 persen terutama bagi para pemain baru berskala perusahaan rintisan atau startup.
Sebenarnya, bisnis kecantikan punya pangsa yang besar di Indonesia. Sayangnya bisnis ini juga sama dengan sektor lainnya yang terdampak signifikan akibat pandemi Covid-19.
Penyebab penurunan ini sangat beragam, dari mulai turunnya pesanan produk di salon dan juga penurunan pesanan individu dari profesional.
“Meski begitu, kami menemukan ada opportunity. Biasanya salon itu kan identik dengan pengunjung yang walk by, lagi jalan ingin ke salon. Nah, sekarang karena Covid-19, orang yang mau ke salon, beauty clinic, juga spa, harus buat appointment online dulu. Artinya, bisnis kecantikan pun semua akan go-digital,” ungkap Dennish sangat dihubungi Bisnis, Jumat (4/9/2020).
Integrasi bisnis kecantikan berbasis media daring ini diyakini Dennish akan memberi senyawa positif bagi pertumbuhan bisnis Hello Beauty.
Menurut dia, selama ini, konsumen tidak memiliki panduan yang akurat terkait dengan rekomendasi salon, beauty clinic, dan spa.
Umumnya, orang mencari rekomendasi melalui Google. Sayangnya, rekomendasi yang diberikan Google sangat jauh dari akurat.
“Berkat pergeseran ini, sebagai direktori kehadirann kami bisa memberi jawaban yang lebih spesifik. Dengan begitu, kami pun bisa memberikan arahan, rekomendasi, nilai tambah, yang mendukung bisnis kecantikan,” ungkapnya.
Bisnis mencatat, dari lima besar unikorn yang ada di Indonesia, bisnis kecantikan belum terwakili.
Menanggapi cita-cita menjadi unikorn Indonesia, Dennish mengaku belum memiliki ambisi menjadi unicorn di Indonesia dalam waktu dekat.
Dia berpandangan, saat ini usaha rintisan atau start-up masih membutuhkan penguatan.
Salah satunya, dari sisi internal perusahaan banyak inovasi dan nilai tambah yang bisa dieksplorasi guna menjadikan Hello Beauty sebagai market leader bisnis kecantikan.
“Selama pandemi ini saya booking turun, tidak ada salon bukan, tidak ada acara besar misalnya wedding. Beauty artist jadi kekurangan job. Jadi sembari membenahi ini kami coba evaluasi dan kaji diversifikasi bisnis,” tuturnya.