Bisnis.com, JAKARTA -- TikTok bukan lagi aplikasi yang asing di masyarakat di Indonesia. Namun, kekhawatiran sejumlah pihak terhadap masalah perlindungan data di aplikasi tersebut seharusnya tidak dianggap angin lalu.
Sebenarnya, tidak sulit bagi pengguna TikTok untuk menemukan literasi mengenai hal-hal mendasar terkait. Instagram, misalnya, sampai dengan saat ini masih memuat konten yang mengajarkan masyarakat tentang hal-hal mendasar soal aplikasi buatan China tersebut.
Sebagai informasi, aplikasi berbagi video TikTok memiliki kemiripan dengan Snapchat dan Instagram di mana pengguna dapat menunggah klip dengan durasi berkisar antara 15-60 detik.
Lalu, apa yang menjadi masalah? Mengutip laman Instagram Guardian, Sabtu (18/7/2020), terdapat kekhawatiran bahwa aplikasi tersebut membagikan data pengguna ke pemerintah China, baik melalui permintaan data yang disengaja, ataupun lewat software mata-mata.
Selain itu, ada kekhawatiran umum terkait dengan cara aplikasi tersebut mengumpulkan data pengguna.
Perlu diketahui dan dicermati, TikTok mengumpulkan data pengguna dalam jumlah yang sangat besar melebihi aplikasi media sosial lain.
Untuk dapat sign up, pengguna harus memberikan aplikasi akses ke e-mail, nomor telepon, dan tautan yang menghubungkan TikTok aplikasi media sosial lainnya.
Pengumpulan tersebut, lebih banyak daripada yang dikumpulkan oleh Twitter dan Facebook, dan data bisa saja digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas pengguna.
Perlu juga diketahui, perusahaan induk TikTok (ByteDance) bekerja sama dengan polisi setempat di Xinjiang.
