Sehatkan Fintech Terdampak Corona, Ini Upaya Asosiasi

Aziz Rahardyan
Sabtu, 11 Juli 2020 | 00:37 WIB
Ilustrasi pembayaran menggunakan QR Code dengan ponsel pintar/Flickr
Ilustrasi pembayaran menggunakan QR Code dengan ponsel pintar/Flickr
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) berkomitmen menuntaskan integrasi data debitur seluruh anggotanya sehingga bisa berdampak pada penyehatan pelaku fintech yang terdampak virus corona. 

Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan AFPI Tumbur Pardede mengatakan pihaknya akan melakukan integrasi data ke infrastruktur pusat data pada semester II/2020. Menurutnya, hal tersebut dilakukan untuk mendorong ekosistem teknologi finansial (tekfin/fintech) peer-to-peer (P2P) lending yang lebih sehat, terutama yang terdampak pandemi virus corona.

"Karena kalau kami lihat lebih dalam di dua segmen besar penyaluran kami. Terlihat ada yang naik, tetapi ada yang anjlok juga," jelasnya kepada Bisnis, Jumat (10/7/2020).

Tumbur mencontohkan pembiayaan produktif hanya tumbuh di usaha yang berhubungan dengan sektor kesehatan. Pinjaman tunai tidak tumbuh pesat karena persyaratannya diperketat. Sementara segmen pembiayaan konsumtif, terutama multiguna, semua turun kecuali situs dagang elektronik atau e-commerce.

Baca Juga : Catat! Ini Tips Supaya Terhindar Jebakan Pinjaman Online Ilegal
"Karena di segmen multiguna, lender itu antisipatif sekali terhadap risiko kredit bermasalah akibat pandemi. Inilah kenapa infrastruktur integrasi data itu penting. FDC bisa membuat lender lebih yakin karena basis datanya kuat. Kami [penyelenggara] pun bisa cepat menilai borrower mana saja yang berpotensi fraud," tambahnya.

Seperti diketahui, FDC mampu mengintegrasikan portofolio calon debitur beserta data-data dasarnya, serta rekam jejak kredit debitur ke seluruh penyelenggara P2P lending sehingga dapat mencegah potensi kredit bermasalah.

Selain itu, Tumbur menjelaskan bahwa hal ini juga demi perlindungan lebih kepada borrower dari kasus penyalahgunaan data pribadi.

Harapannya, FDC juga mampu memberikan pendidikan pengelolaan keuangan yang baik bagi masyarakat, terutama calon debitur.

"Karena setidaknya setelah ada FDC, masyarakat jadi lebih hati-hati. Tidak sembarangan meminjam ke banyak platform secara bersamaan, karena kelihatan. Tidak gali lubang tutup lubang. Akhirnya semakin sadar untuk meminjam ke hal-hal yang meningkatkan produktivitas," ungkapnya.


Inilah yang melatarbelakangi AFPI mempercepat realisasi integrasi FDC untuk seluruh anggotanya, maksimal pada akhir tahun ini.

"Dari 158 [penyelenggara anggota AFPI], kira-kira sudah puluhan yang berhasil terintegrasi penuh. Kemarin sempat tertunda kegiatan fisiknya karena pandemi. Tapi satu-dua bulan ke depan, kita kebut supaya semuanya terintegrasi penuh pada akhir tahun," jelas Tumbur.

Sekadar informasi, potensi meningkatnya pembiayaan bermasalah akibat pandemi Covid-19 setidaknya mulai terlihat dalam data statistik fintech dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2020.

Industri pembiayaan berbasis teknologi ini tercatat terus mengalami pertumbuhan positif setiap bulan, baik dari sisi akumulasi lender, akumulasi borrower, hingga akumulasi penyaluran pinjamannya.

Namun demikian, persentase tingkat keberhasilan pengembalian pada hari ke-90 (TKB90) turun dari 96,35 persen pada Desember 2019, menjadi 95,78 persen pada Maret 2020, dan terus turun ke angka 95,07 persen per April 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper