Bisnis.com, JAKARTA - Para ahli mikrobiologi di Universitas Hong Kong menduga virus corona baru atau Covid-19 berasal dari kelelawar tapal kuda China.
Dugaan itu muncul setelah Departemen Mikrobiologi Universitas Hong Kong mereplikasi usus kelelawar tapal kuda China, spesies yang ditemukan di China, India, Nepal, dan Vietnam. Para peneliti berhasil menginfeksi struktur sel dengan coronavirus, yang dikenal sebagai SARS-CoV-2.
Pada penelitian sebelumnya, spesies kelelawar dipastikan menjadi inang virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang juga menyerang sistem perpapasan, seperti Covid-19.
"Kelelawar tapal kuda China mungkin benar-benar inang SARS-CoV-2," kata ahli mikrobiologi Dr Yuen Kwok-yung, yang memimpin penelitian ini, seperti dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Sabtu (16/5/2020).
Studi ini juga dipimpin oleh Asisten Profesor Jane Zhou Jie, dan diterbitkan dalam jurnal internasional Nature Medicine pada Rabu (13/5/2020).
Kendati demikian, Yuen mengatakan perlu penelitian lebih lanjut di alam liar untuk mengonfirmasi asal virus ini. Namun yang pasti, spesies kelelawar alias kampret diketahui sebagai pembawa banyak virus yang menyerang saluran pernapasan seperti SARS pada 2003 silam.
Sementara itu, studi Universitas Hong Kong juga menemukan bahwa Covid-19 mungkin menyerang usus pasien serta membahayakan paru-paru mereka.
Para peneliti memeriksa spesimen tinja dari seorang pasien berusia 68 tahun yang mengalami demam, sakit tenggorokan, batuk, dan diare ketika dirawat di Rumah Sakit Princess Margaret di Kwai Chung.
Tidak hanya sampel tes positif untuk virus corona, tim berhasil mengisolasi virus dari tinja, yang menunjukkan telah terjadi infeksi di ususnya.
Selain mereplikasi usus kelelawar tapal kuda, tim penelitian juga memperkenalkan virus ke sekelompok sel usus manusia yang ditanam secara buatan di laboratorium. Ini direplikasi dengan cepat dalam sel-sel yang dihasilkan dari usus kecil, yang dikenal sebagai enteroid, serta kolonoid, yang berasal dari usus besar.
Di antara kedua jenis itu, jumlah virus ditemukan lebih tinggi pada kolonoid. Replikasi virus dapat menimbulkan gejala gastrointestinal yang ditemukan pada pasien Covid-19, meskipun studi lebih lanjut akan diperlukan untuk menentukan koneksi tersebut.
Sayangnya belum jelas apakah infeksi disebabkan oleh asupan makanan, atau apakah itu reaksi sekunder ketika virus di saluran pernapasan menyebar ke sistem pencernaan.
Zhou mengatakan dokter mungkin harus memeriksa kotoran pasien Covid-19 yang pulih sebelum diizinkan kembali ke masyarakat.