Bisnis.com, JAKARTA — Konsorsium Covid-19 akan merampungkan produksi laboratorium bergerak berbasis polymerase chain reaction bulan depan. Langkah itu dilakukan untuk membantu memenuhi target pemeriksaan 10.000 spesimen per hari terkait dengan Covid-19.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang P.S. Brodjonegoro menuturkan bahwa tahapan produksi laboratorium itu sudah pada tahap akhir.
“Sedang pengerjaan tahap akhir dan melengkapi izin PCR [polymerase chain reaction] test kit-nya. Targetnya sebulan lagi bisa mulai beroperasi mobile laboratorium BSL [biosafety level] 2 untuk tes Covid-19 yang terdiri atas PCR, rapid test, dan cek darah,” kata Bambang melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Kamis (16/4/2020).
Ihwal jumlah produksi, pihaknya masih berkoordinasi dengan gugus tugas penanganan Covid-19. Bambang beralasan bahwa jumlah produksi bakal menyesuaikan kebutuhan gugus tugas penanganan Covid-19 untuk menjangkau sejumlah daerah yang tidak memiliki laboratorium fasilitas pemeriksaan PCR.
Dia menuturkan bahwa ada sejumlah mitra BPPT dalam mengembangkan laboratorium bergerak pemeriksaan PCR.
“Untuk mobile laboratorium-nya bekerja sama dengan LIPI dan LBM Eijkman yang punya BSL 3 dengan menggunakan model kontainer. Untuk PCR test kit bekerja sama dengan perusahaan rintisan Nusantics dan PT Bio Farma, sedangkan untuk rapid test, kami bekerja sama dengan UGM dan PT Hematika,”ujarnya.
Konsorsium Covid-19 yang diketuai oleh Plt. Staf Ahli Kemenristek/BRIN Bidang Infrastruktur Ali Ghufron Mukti ini terdiri atas lembaga pemerintah nonkementerian di lingkungan Kemenristek/BRIN, Balitbang Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, perguruan tinggi, diaspora, Ikatan Dokter Indonesia, rumah sakit dan industri yang diarahkan untuk menciptakan inovasi untuk membantu mencegah, mendeteksi, dan merespon virus corona dengan dukungan anggaran dari Kemenristek/BRIN
Bambang menjelaskan bahwa kegiatan konsorsium ini didukung oleh Kemenristek/BRIN melalui skema realokasi anggaran belanja rutin perjalanan dinas. Pada tahapan pertama, katanya, Kemenristek/BRIN telah mengucurkan dana Rp38,04 miliar untuk kegiatan penelitian.
“Inovasi ini akan mendukung pemeriksaan SWAB atau PCR di sejumlah daerah yang belum ada Laboratorium setara BSL 2,” ujarnya.