Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) memperkirakan industri penyiaran pada tahun ini akan tumbuh moderat, didorong kondisi dalam negeri yang mulai stabil pascapemilu presiden 2019.
Ketua Umum ATVSI Syafril Nasution mengatakan bahwa prospek industri penyiaran pada tahun ini akan tumbuh positif. Pesta demokrasi pemilu presiden 2019 yang telah dilewati membuat korporasi atau pemasang iklan kembali menggelontorkan dana guna mendukung kegiatan pemasaran.
Meski diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu, dia menilai lembaga penyiaran swasta tetap harus menggunakan strategi khusus untuk menggenjot pendapatan.
Pasalnyam, pendapatan dari iklan yang terus tergerus oleh perkembangan periklanan digital membuat para pemain industri harus kreatif untuk memperoleh sumber pendapatan baru bagi perusahaan.
“Pertumbuhannya bisa mencapai 5%-10% dengan pemicu kondisi ekonomi Indonesia yang stabil dan telah selesainya pesta politik besar tahun lalu,” kata Syafril kepada Bisnis, Minggu (19/1/2020).
Syafril menjelaskan bahwa perkembangan platform asing seperti Google dan YouTube di Indonesia, telah menyerap pangsa pasar iklan di Indonesia. Bahkan, aplikasi seperti TikTok dan Instagram telah mulai melakukan monetisasi iklan sehingga pangsa pasar tradisional atau penyiaran makin sempit.
“Tahun lalu pertumbuhan [pendapatan dari iklan] bisa dikatakan flat akibat mayoritas pertumbuhan iklan lari ke iklan daring. Berdasarkan data e-marketers, penyerapan digital sudah mencapai 25% dari belanja iklan,” kata Syafril.
Dengan kondisi persaingan yang makin ketat antara industri penyiaran dengan platform digital dalam memperebutkan pasar iklan, Syafril mengharapkan bantuan pemerintah dengan memberi perlakuan yang sama kepada platform asing agar persaingan lebih sehat. Misalnya, dengan pengenaan pajak dan mengontrol konten siaran platform asing.