Bisnis.com, BANDUNG – Pengembangan pesawat udara nir awak (Puna) tipe medium altitude long endurance (Male) oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan rampung pada 2024. Total investasi yang digelontorkan untuk periode 2020 ditaksir mencapai Rp150 miliar.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa pada tahun depan pihaknya akan mengeluarkan investasi senilai Rp81 miliar untuk drone tersebut. Anggota konsorsium lain akan turut berkontribusi sesuai dengan kepasitasnya.
“Saat mengembangkan pesawat ini, kami alokasi Rp81 miliar anggarannya untuk 2020. Kemudian, dari LAPAN [Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional] masuk lagi Rp23 miliar. Paling besar BPPT, sekitar 60% dari total investasi 2020, jadi bisa dihitung totalnya ya sektiar Rp150 miliar,” katanya di Bandung, Senin (30/12/2019).
Dia menjelaskan untuk tahun ini BPPT dan konsorsium telah memasuki fase produksi airframe atau fase sebelum purwarupa. Tahun depan, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai pelaksana program ini akan mulai masuk ke fase produksi purwarupa.
Pada 2020, lanjutnya purwarupa akan dirpoduksi untuk pengujian terbang. Setahun setelahnya, konsorsium akan kembali membuat purwarupa untuk kebutuhan tes statis. Barulah pada 2024, Puna Male ini bakal tampil dalam wujud yang dilengkapi dengan penunjang peperangan seperti misil.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Elfien Goentoro menjelaskan pesawat tersebut diharapkan dapat memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) di atas 50% pada 2024. Sejumlah komponen, seperti mesin dan persenjataan hampir pasti masih akan diimpor.
Sistem kontrol penerbangan pesawat ini juga masih diimpor dari Spanyol dengan biaya mencapai sekitar Rp36 miliar. Ke depannya, diharapkan komponen ini sudah bisa disuplai oleh produsen lokal, khususnya PT Len Industri (Persero), yang juga tergabung dalam konsorsium tersebut.