Kominfo: Bisnis VAS Prospektif Asal Didukung Ekosistem

M. Taufikul Basari
Rabu, 20 November 2019 | 20:02 WIB
Teknisi PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) melakukan pemeliharaan perangkat pada menara Base Transceiver Station (BTS) di kawasan Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Minggu (15/4/2019)./Bisnis-Rachman
Teknisi PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) melakukan pemeliharaan perangkat pada menara Base Transceiver Station (BTS) di kawasan Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Minggu (15/4/2019)./Bisnis-Rachman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Industri content provider (CP) berpeluang berkembang karena perangkat telepon seluler di Indonesia mencapai ratusan juta unit.

Namun, walau punya peluang besar, pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang adil bagi semua pihak. Juga, kerja sama bisnis antar pelaku usaha harus adil.

Kasubdit Telekomunikasi Khusus dan Kelayakan Penyelenggaraan Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gunawan Hutagalung, menjelaskan bahwa bisnis content provider termasuk Value Added Services (VAS). Layanan mereka sudah bertransformasi sesuai perkembangan teknologi dan mulai meninggalkan layanan dasar (basic services) tapi berkembang ke arah IP platform.

“Bisnis VAS tetap mempunyai prospek bagus, sepanjang bertransformasi dengan baik dan didukung ekosistem fixed atau mobile services. Market cap-nya berada pada kisaran 1 persen-2 persen dari total revenue industri fixed and mobile services atau pada kisaran Rp2 triliun lebih setiap tahun,” katanya, seperti duktip dari siaran pers, Rabu (20/11/2019).

Menurutnya, penyedia koneten tetap mempunyai prospek bagus sepanjang bertransformasi dengan baik, semisal mempunyai platform content yang inovatif, tidak melulu hanya sifat premiumnya seperti SMS premium. Contohnya, konten video kreatif atau layanan-layanan konten interaktif lainnya yang bisa dinikmati lewat fasilitas direct carrier billing (DCB).

DCB adalah metode pembayaran online yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pembelian dengan menagih pembayaran ke tagihan atau memotong pulsa ponsel.

Menurut Gunawan, ke depan sebaiknya perlu dipertimbangkan pembentukan satu Managing Content provider (MCP) yang sifatnya nirlaba, yang menjadi jembatan antara perusahaan telekomunikasi dengan para content provider, sehingga proses bisnisnya jadi lebih baik.

MCP ini juga bisa bertindak sebagai self regulatory terhadap pemenuhan kewajiban yang ditetapkan regulator dan operator kepada CP.

Menurutnya, MCP juga bisa menjadi katalisator dalam memberikan posisi yang adil antara CP dan OTT. “CP dan operator harus tumbuh bersama dalam memonetize sumber daya industri dengan baik sebagai pemain nasional di industri.”

Menurut Gunawan, pemain lokal harus didukung dan berpotensi untuk berkembang dengan baik. Bahkan beberapa sudah ada yang go internasional. Ada satu platform CP Indonesia yang menang kontes di Asia bahkan sudah ikut pameran di Silicon Valley.

“Tapi banyak juga yang gagal bertransformasi, dan cenderung keluar dari pasar karena tidak bertransformasi dengan baik. Apalagi dengan jumlah pelanggan data sekarang yang cenderung meninggalkan SMS,” katanya.

Saat ini total pengusaha di bidang content provider lebih dari 150 unit dan menyerap sekitara 2.000 pekerja dan dapat menghidupi 4,500 orang. Untuk menjaga ekosistemnya, harus ada perlakuan yang adil dari operator terhadap  CP dan OTT.

“Yang pasti, Kominfo selalu mendukung kedua belah pihak mengembangkan industri konten sebagai VAS,” tambahnya.

Kominfo berjanji akan memfasilitasi mulai dari kemudahan perizinan, bimbingan teknis, membawa mereka ke forum internasional seperti ITU Telecom world baru-baru ini, memediasi kedua belah pihak, membantu penyelesaian sengketa dan lain sebagainya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper