LAPORAN DARI UNI EMIRAT ARAB : Negeri Kecil dengan Ambisi Raksasa

Hafiyyan
Selasa, 15 Oktober 2019 | 09:03 WIB
Pesta kembang api di Dubai./REUTERS-William Maclean
Pesta kembang api di Dubai./REUTERS-William Maclean
Bagikan

2Ini Upaya Indonesia Memanfaatkan Peluang di Dubai

Dalam rangkaian acara Commerce Marketing Start-up Hub trip, para jurnalis berkesempatan bertemu dengan belasan startup yang mengembangkan bisnisnya di Dubai. Salah satu kisah unik disampaikan oleh Walid Daniel Dib, Co-Founder dan Project Lead Addenda Technologies (Addenda).

Addenda merupakan perusahaan teknologi finansial (tekfin) dalam asuransi yang berbasis blokchain, dan terdaftar di Dubai International Financial Center (DIFC). DIFC sendiri adalah platform ekosistem komunitas startup yang menaungi 2.100 institusi di Asia, Eropa, dan Amerika.

Sebagai pendatang di UEA, Daniel Dib merasa dipermudah dalam mengurus perizinan usaha dan kepemilikan properti di Dubai. Padahal, jika ingin mendirikan perusahaan di negaranya, kemungkinan dia membutuhkan waktu 1 tahun lebih untuk proses perizinan dan perpajakan.

“Meskipun belum 2 tahun di Dubai, saya sudah dianggap menjadi bagian emirat ini. Saya cinta negara saya, tetapi kalau mengurus perizinan bisa setahun lebih dengan proses berbelit. Saya memilih membesarkan bisnis di Dubai,” ungkapnya.

EXPO 2020

Keseriusan Dubai sebagai pusat bisnis dan perkembangan teknologi salah satunya terwujud dalam megaproyek Expo 2020. Mengambil tema “Menghubungkan Pikiran, Menciptakan Masa Depan”, agenda ini akan melibatkan partisipasi dari 192 negara.

“Ke-192 negara itu akan membangun paviliun masing-masing termasuk Indonesia. Mereka akan saling berinteraksi sekaligus menunjukkan potensi setiap negara,” ujar Sumathi Ramanathan, Director Destination Marketing Expo 2020.

Expo 2020 berada di kawasan seluas 4,38 km2 atau 43.800 hektare (ha). Sekitar 2 km2 untuk area ekspo, sedangkan 2,4 km2 untuk fasilitas lainnya seperti akomodasi, pergudagangan, simpul transportasi, hotel, area ritel, dan taman.

Ramanathan menuturkan pengembangan infrastruktur dan operasional Expo 2020 menelan biaya US$9 miliar (sekitar Rp127,53 triliun). Pebisnis UKM mendapat bagian proyek sebesar US$1 miliar atau di atas 20%.

Berdasarkan laporan Ernst & Young (EY), Expo 2020 yang berlangsung pada 20 Oktober 2020—10 April 2021 ini dapat menyumbang 122,6 miliar dirham (US$33,38 miliar atau Rp472,94 triliun) bagi UEA pada 2013—2031.

Dalam waktu yang sama, acara itu akan menciptakan 905.200 lapangan kerja baru dan berkontribusi 1,5% dari PDB UEA selama 6 bulan penyelenggaraan. Jumlah pengunjung dapat mencapai 25 juta orang.

Indonesia menjadi salah satu yang serius memanfaatkan peluang Expo 2020. Ground breaking paviliun Indonesia yang menempati lahan seluas 438 ha sudah dilakukan pada 9 September 2019.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda selaku Komisaris Jenderal Paviliun Indonesia di Expo 2020 Dubai menuturkan pihaknya berharap dapat menangkap peluang investasi jangka panjang dalam acara yang berlangsung 173 hari itu.

“Ini peluang kita untuk mengakses wilayah baru, peluang bisnis baru, yang tentunya hemat biaya dan waktu,” paparnya.

Paviliun itu akan menampilkan konsep Indonesia Emas 2045. Dalam momentum yang berbarengan dengan perayaan 100 tahun Kemerdekaan RI tersebut, Indonesia ditargetkan menjadi negara dengan PDB terbesar ke-5 di dunia.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hendra Wibawa
Sumber : Bisnis Indonesia
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper