Bisnis.com, JAKARTA – Para perusahaan pemberi modal melihat ekosistem perusahaan rintisan di Indonesia mulai matang, seiring dengan meningkatnya nilai pendanaan yang digelontorkan hingga dua kali lipat selama 3 tahun terakhir.
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2019, yang ditulis oleh Google, Temasek, dan Bai & Company, disebutkan pada pertengahan 2019 terjadi pergeseran kesenjangan pendanaan atau financing gap dari Series B dan Series C, beralih ke Series C – D.
Diketahui pada semester I/2018 terdapat 48 kesepakatan Series B kepada perusahaan rintisan senilai total US$500 juta. Pada semester I/2019, jumlah kesepakatan menurun menjadi 45 kesepakatan, namun dengan nilai pendanaan yang meningkat menjadi US$ 700 juta
Adapun pada Semeter 1/2018 terdapat 16 pendanaan Series C-D kepada perusahaan rintisan dengan nilai total US$ 700 juta. Pada semester 1/2019 jumlah kesepakatan meningkat menjadi 19 kesepakatan/pendanaan, namun nilai total pendanaan yang disalurkan justru menurun menjadi US$600 juta.
Nilai tersebut berbanding jauh dengan total nilai pendanaan yang diberikan kepada perusahaan Unikorn di Series E ke atas, dengan 6 kesepakatan, total nilai mencapai US$5 miliar. Adapun perubahan kesenjangan pendanaan tersebut disebabkan oleh ekosistem perusahaan rintisan yang makin matang.
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengatakan dalam laporan 2-3 tahun lalu, meskipun perusahaan rintisan banyak yang beralih ke dari Seed atau Series A ke Series B, namun perusahan pemberi modal yang menyalurkan dana lebih sedikit sehingga terjadi kesenjangan pendanaan.
Kondisi tersebut saat ini berubah dengan makin matangnya ekosistem perusahaan rintisan, perusahaan yang memberi pendanaan makin nyaman dan tertarik untuk memberikan dana kepada perusahaan rintisan.
Berdasarkan laporan yang sama diperlihatkan pada 2019 rata-rata kesepakatan yang terjadi di Seed mengalami peningkatan senilai US$0,3 juta dibandingkan dengan 2016. Dari US$ 0,5 juta menjadi US$0,8 juta.
Kemudian untuk Series A, pada 2019 jumlah rata-rata pendanaan senilai US$4 juta, naik 100% dibandingkan dengan 2016 yang rata-rata pendanaan senilai US$2 juta.
Kenaikan rata-rata pendanaan dua kali lipat juga terjadi pada Series B dari US$8 juta pada 2016, menjadi US$16 juta pada 2019.
“Sekarang yang kami lihat Series A misalnya rata-rata pendanaanya sudah naik dua kali lipat,” kata Randy kepada Bisnis.com, Senin (7/10/2019).
Randy mengatakan peningkatan tersebut menandakan bahwa perusahaan pemberi modal telah melihat kematangan ekosistem dengan mendedikasikan dengan berinvestasi di pendanaan.
Dia mengakui saat ini masih terjadi kesenjangan pendanaan, hanya saja, kesenjangan tersebut telah diketahui oleh para investor dan mereka para pemberi modal sedang mengkaji untuk menyelesaikan permasalahan pendanaan tersebut.
Randy menegaskan permasalahan kesenjangan pendanaan tidak hanya berkutat pada pemberi dana, perlu diperhatikan juga kesiapan para perusahaan rintisan untuk menerima pendanaan.
Perusahaan rintisan hanya mencapai target-target yang telah ditetapkan untuk mendapatkan pendanaan.
“Apakah perusahaan rintisan sudah cukup matang dan siap untuk menerima pendanaan tersebu? Contoh aspiring Unikorn belum mencapai status tersebut karena kalau mereka bisa selesaikan masalah dengan teknologi, itu pasti dengan adanya pendanaan yang diberikan akan membantu,” kata Randy.
Adapun mengenai penurunan total pendanaan untuk Series C- D, dari US$700 juta menjadi US$600 juta pada pertengahan 2019, menurutnya hal tersebut disebabkan proses perhitungan dilakukan pada pertengahan tahun, sehingga beberapa proses pendanaan tidak masuk dalam perhitungan.