CO-FOUNDER & DIREKTUR TANAM DUIT MUHAMMAD HANIF : "Kami Punya Tugas Bikin Orang Sejahtera"

Puput Ady Sukarno & Sri Mas Sari
Rabu, 2 Oktober 2019 | 17:55 WIB
CEO PT Investree Radhika Jaya Adrian Gunadi (kanan) bersama Director of Business Development PT Star Mercato Capitale Muhammad Hanif menandatangani naskah kerja sama, di Jakarta, Senin (6/8/2018)./JIBI-Endang Muchtar
CEO PT Investree Radhika Jaya Adrian Gunadi (kanan) bersama Director of Business Development PT Star Mercato Capitale Muhammad Hanif menandatangani naskah kerja sama, di Jakarta, Senin (6/8/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Bagikan

2Strategi Kami Menggandeng Komunitas

Strategi seperti apa yang akan Anda lakukan dalam menggaet market?

Salah satu strategi yang akan kami akukan adalah dengan menggandeng komunitas-komunitas. Kami lebih mengutamakan edukasinya terlebih dahulu. Yang terpenting mereka punya antusiasme dan mau menyampaikan pertanyaan-pertanyaan. Itu jauh lebih penting. Kalau mereka sudah memahami kebutuhannya, akan lebih mudah.

Kami sebenarnya juga berharap dapat dilakukan secara autodebet. Karena dari literasi yang kami baca, yang paling penting itu disiplin berinvestasinya. Orang berinvestasi itu kalau dia sudah pegang uang. Kalau enggak dihajar di awal, bisa beli yang lain. Jadi, yang kami usahakan itu setiap orang yang habis gajian, kalau pegawai, bisa langsung autodebet.

Terkait nama Tanam Duit, mindset kan langsung investasi. Namun, tadi ketika lari ke asuransi, itu lebih ke proteksi. Apakah tidak menimbulkan bias?

Ya memang itu sempat kepikiran juga. Namun kalau Tanam Duit, sebetulnya proteksi itu menjaga uang. Jadi, kita tanam uangnya itu di investasi, supaya kalau kita sakit kita bisa pakai asuransi produk tersebut untuk meng-cover biaya rumah sakit. Jadi tanamlah duitmu untuk berinvestasi dan tanamkan duitmu untuk proteksi hidupmu.

Kalau investasi itu mengharapkan pertumbuhan, asuransi menghindari kerugian. Jadi, lebih ke lindung nilai, menghindari kerugian, atau pengeluaran uang. Asuransi sebenarnya sama saja dengan investasi, karena baik itu investasi maupun asuransi itu semuanya untuk masa depan.

Berapa besar dana kelolaannya hingga saat ini?

Saat ini sekitar Rp300 miliar lebih, tetapi kalau yang transaksi jual beli sudah hampir Rp1 triliun. Namun, yang stay di kami sekitar Rp300 miliar.

Struktur nasabah Tanam Duit saat ini seperti apa?

Sebagian besar nasabah perorangan. Nasabah korporasi hanya tiga atau empat perusahaan. Kami targetnya memang retail. Kalau buat korporasi, sepeti misalnya dana pensiun, kami masih belum yakin. Asuransi juga, biasanya mereka langsung ke manajer investasi, padahal kami bisa menyediakan sistemnya.

Banyak fintech tidak mengikuti aturan main OJK. Itu membuat orang yang semula antusias jadi mundur. Bagaimana Anda melihatnya?

Kami berbeda dengan peer-to-peer. Kami head-to-head dengan Bareksa dan lain-lain. Orang kalau mau masuk ke reksadana ataupun SBN, itu harus ada penunjukan dari Kemenkeu.

Kalau reksadana, segala transaksi kami sudah diatur sedemikian rupa, bahwa pertama harus dapat izin OJK. Kemudian setelah mendapatkan izin, sebagai agen penjual reksadana, kami juga harus dapat izin dari manajer investasi, atau ada agreement alias enggak bisa sembarangan jual.

Kami secara teknologi juga berhubungan langsung dengan perusahaannya. Lalu, uang yang mengalir dari customer ke reksadana, itu enggak melewati kami, tapi langsung ke rekening resadana. Jadi, enggak mungkin uangnya lari ke tempat lain.

Sementara dari sisi yang lain, mungkin secara fraud, kami pikir jauh berbeda dengan peer-to-peer. Sama saja, ada bank, ada rentenir. Bank itu regulated, rentenir bisa orang per orang.

Pewawancara: Puput Ady Sukarno & Sri Mas Sari

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Hendra Wibawa
Sumber : Bisnis Indonesia
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper