Bisnis.com, JAKARTA — Bukalapak menargetkan jumlah warung kelontong dan individual yang menjadi Mitra Bukalapak dapat mencapai 3 hingga 3,5 juta pada akhir tahun ini, meningkat dari posisi saat ini sebanyak 2 juta mitra.
Vice President Online to Offline (O2O) Bukalapak Rahmat Danu Andika menjelaskan, Mitra Bukalapak terdiri dari 1 juta warung kelontong dan 1 juta individu pengusaha yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia.
Dia menjabarkan, Bukalapak ingin menjadi perusahaan teknologi yang melakukan digitalisasi perdagangan, termasuk sektor ritel skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Pihaknya memulai program Mitra Bukalapak sejak 2016 dengan menyediakan layanan dan produk virtual bagi warung kelontong seperti pulsa, pembayaran listrik dan tagihan.
Setelah itu, program Mitra Bukalapak merambah ke bidang lain seperti pembelian stok produk warung secara grosir, hingga penyediaan modal kerja.
“Ternyata bermitra dengan ritel tradisional dapat menjadi pintu masuk yang potensial untuk menjangkau masyarakat di sekitarnya khususnya yang belum memiliki akses perbankan,” ujarnya, Selasa (6/8/2019).
Andika menjelaskan, saat ini pihaknya juga bekerja sama dengan mitra strategis untuk menyediakan pusat distribusi di 14 titik yang ada di Indonesia untuk memangkas biaya logistik.
Menurut data perusahaan, Bukalapak menyediakan setidaknya 1.200 SKU (Stock Keeping Unit) yang dapat dibelanjakan oleh mitranya melalui aplikasi Mitra Bukalapak.
Dia menjelaskan sejauh ini tidak memungut biaya apapun bagi warung kelontong yang bergabung menjadi mitra. Upaya monetisasi diperoleh dari komisi transaksi dan selisih harga dari perusahaan prinsipal yang didistribusikan ke Mitra Bukalapak.
Menurutnya, masih banyak peluang monetisasi yang dapat dilakukan di masa mendatang. Selain efisiensi biaya pemangkasan rantai pasok produk kebutuhan sehari-hari, dia juga menyatakan adanya peluang dari sisi pemasaran produk yang dapat dikembangkan menjadi lebih personal sesuai kebutuhan setiap warung dengan memanfaatkan big data yang terkumpul.
“Dengan teknologi, promosi yang biasa dilakukan oleh prinsipal di ritel modern juga nantinya bisa dilakukan di warung-warung tradisional. Persaingan antara ritel modern dan tradisional juga menjadi lebih seimbang dan mengutamakan kualitas layanan,” ujarnya.
Selain menjual produk virtual, Bukalapak juga turut menyediakan pembayaran non tunai melalui kode QR yang dipajang di warung mitranya.
Mulai 20 Juni 2019, perusahaan telah memasangkan kode QRIS sesuai standar yang dikeluarkan Bank Indonesia di 1.000 titik lokasi mitranya. Dengan demikian, Mitra Bukalapak dapat menerima pembayaran nontunai melalui seluruh dompet digital seperti Gopay, Ovo, Dana dan Linkaja.
Andika menolak untuk berkomentar mengenai kontribusi layanan O2O ini terhadap GMV [Gross Merchandise Value} Bukalapak. Namun, dia menegaskan, program Mitra Bukalapak ini menjadi salah satu fokus perusahaan tahun ini dan menjadi sumber pertumbuhannya.
Seperti diketahui, belum lama ini Bukalapak mengumumkan proyeksi annualized run rate GMV-nya dapat tembus US$5 miliar pada tahun ini, atau sekitar Rp70 triliun, dengan lebih dari 2 juta transaksi per harinya.
Jesi, salah satu Mitra Bukalapak di Jakarta Selatan, menyatakan hampir setiap hari menyetok barang dagangannya melalui Bukalapak. Jenis barang yang kerap dia beli mencakup rokok, dan produk kebutuhan rumah tangga seperti pembersih lantai dan lainnya.
“Selisih harganya lumayan, dan banyak promo. Pesan hari ini, besok barang diantar langsung ke warung. Setiap hari order karena barang sembako pergerakannya cepat,” ujarnya.
Dia menambahkan, usahanya juga kini dapat melayani pembelian produk virtual seperti pulsa,serta pembayaran tagihan listrik dan lainnya yang ingin dilakukan oleh warga di sekitar warungnya.
Selain itu, dia juga kerap memfasilitasi pedagang asongan yang ingin mencairkan saldo yang diproleh dari transaksi nontunai melalui dompet digital seperti Gopay dan Ovo melalui aplikasi Mitra Bukalapak.