Indeks Inovasi Global 2019: Indonesia Peringkat 85, Kalah dari Malaysia dan Singapura

Deandra Syarizka
Jumat, 26 Juli 2019 | 08:25 WIB
Aktivitas pengunjung pada pameran Internasional Panel Surya & Smart City (Solartech Indonesia 2019) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (4/4/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Aktivitas pengunjung pada pameran Internasional Panel Surya & Smart City (Solartech Indonesia 2019) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (4/4/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia menempati peringkat ke-85 dalam Indeks Inovasi Global (GII) 2019, tidak berubah dari posisi tahun lalu. Sementara peringkat pertama sebagai negara terinovatif diraih oleh Swiss, diikuti Swesia, Amerika Serikat, Belanda dan Inggris.

Adapun di regional Asia Tenggara dan Oceania, Singapura menempati peringkat pertama negara dengan inovasi ekonomi terbaik, diikuti oleh Korea Selatan, Hongkong, dan China. Sementara negara tetangga lainnya seperti Singapura menempati peringkat 8, Malaysia 35, Vietnam  42, Thailand 43, Filipina 54, Brunei Darussalam 71, Sri Lanka 89, Kamboja 98, Bangladesh 116.

GII adalah tolakukur global yang membantu para pembuat kebijakan untuk memahami lebih baik bagaimana menstimulasi dan mengukur aktivitas inovasi, yang menjadi motor penggerak pembangunan sosial ekonomi suatu negara.

Indeks Inovasi Global menilai 129 negara berdasarkan 80 indikator, mulai dari penghitungan tradisional seperti investasi penelitian dan pengembangan, serta hak paten internasional dan indikasi lainnya seperti pengembangan aplikasi mobile dan ekspor produk teknologi tinggi.

GII 2019 juga menilai konteks ekonomi. Terlepas dari tanda-tanda pelambatan pertumbuhan ekonomi, inovasi terus berkembang khususnya di Asia. Namun, tekanan juga datang dari disrupsi perdagangan dan kebijakan proteksionisme.Laporan itu juga menyoroti pentingnya pemerintah merencanakan suatu inovasi untuk kesuksesan negara tersebut.

Direktur Jenderal World Intellectual Property Organization (WIPO) Francis Gurry menyatakan, peringkat GII menunjukkan bahwa negara yang memprioritaskan inovasi dalam kebijakannya telah melihat peningkatan signifikan dalam peringkat mereka.

“Kebangkitan peringkat GII oleh kekuatan ekonomi seperti China dan India telah mentransformasi lanskap geografi inovasi global, dan ini menunjukkan pentingnya suatu kebijakan untuk mendorong inovasi,” ungkapnya, seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (25/7/2019).

Laporan tersebut menggarisbawahi sejumlah temuan penting, di antaranya lanskap global sains, inovasi dan teknologi telah melewati sejumlah pergeseran penting dalam beberapa dekade terakhir. Negara berpendapatan menengah khususnya di Asia, telah meningkatkan kontribusinya terhadap penelitian dan pengembangan global, serta peringkat paten internasional melalui Sistem Paten Internasional WIPO.

Selanjutnya, laporan GII 2019 menunjukkan bahwa belanja modal pemerintah untuk penelitian dan pengembangan, khususnya di negara berpendapatan tinggi menunjukkan tren pertumbuhan yang melambat atau tidak sama sekali. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dalam peranan sentral pemerintah untuk mendanai litbang, yang menjadi kunci dari inovasi di masa mendatang.

Peningkatan kebijakan proteksionisme telah menimbulkan sejumlah risiko. Bila berlanjut, hal tersebut dinilai dapat mendorong pelambatan produktivitas inovasi di seluruh dunia.

Di lain sisi, produk inovasi masih terkonsentrasi di sejumlah negara, dan terbatas pada sejauh mana suatu negara dapat memanfaatkan imbal hasil dari investasi inovasi mereka.

Kebanyakan klaster penghasil inovasi sains dan teknologi terdapat di Amerika Serikat, China , dan German, sementara Brazil, India, Iran, Rusia, dan Turki juga termasuk dalam peringkat 100 besar. Lima daerah teratas penghasil inovasi dunia di antaranya Tokyo-Yokohama (Jepang), Shenzen-Hong Kong (China), Seol (Korea Selatan), Beijing (China), dan San Jose-San Fransisco (Amerika Serikat).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper