TEKNOLOGI MITIGASI BENCANA: Bukan Sekadar Peringatan Dini

Rahmad Fauzan
Kamis, 18 Juli 2019 | 11:43 WIB
Petugas menunjukkan grafik peningkatan aktivitas kegempaan Kawah Sileri melalui monitor pemantau di Pos Pengamatan Gunung Api Dieng Karang Tengah, Batur, Banjarnegara, Jateng, Jumat (15/9). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menaikkan status Kawah Sileri, Dataran Tinggi Dieng, dari normal (Level I) menjadi waspada (Level II) sejak hari Kamis (14/5), pukul 23.00 WIB./ANTARA-Anis Efizudin
Petugas menunjukkan grafik peningkatan aktivitas kegempaan Kawah Sileri melalui monitor pemantau di Pos Pengamatan Gunung Api Dieng Karang Tengah, Batur, Banjarnegara, Jateng, Jumat (15/9). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menaikkan status Kawah Sileri, Dataran Tinggi Dieng, dari normal (Level I) menjadi waspada (Level II) sejak hari Kamis (14/5), pukul 23.00 WIB./ANTARA-Anis Efizudin
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Saat ini, hal terpenting yang harus dilakukan oleh setiap badan penanggulangan bencana adalah mengevolusi kemampuan yang dimiliki, dengan tidak hanya cakap dalam melakukan early warning, tetapi juga early action.

Peringatan dini atau early warning, sudah terbukti tidak ampuh dalam mengurangi dampak bencana alam.

Pasalnya, setelah bertahun-tahun langkah-langkah yang sesuai dengan metode early warning diterapkan di Tanah Air, dampak dari bencana alam justru tidak menunjukkan pengurangan, melainkan sebaliknya.

Berdasarkan pernyataan Plh. Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bambang Surya Putra, jumlah bencana yang terjadi di Tanah Air sejak awal Januari 2019 sampai dengan Februari 2019 meningkat sebanyak 45% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Adapun, berdasarkan data BNPB yang dipublikasikan Maret 2019, disebutkan bahwa sejak awal Januari 2019 sampai dengan Februari 2019, telah terjadi sebanyak 709 bencana alam yang menyebabkan 130 orang meninggal dunia dan hilang, serta lebih dari 396.000 orang harus mengungsi dan terdampak.

Dengan kata lain, secara matematis, pada periode Januari—Februari 2018 setidaknya terjadi sekitar 319 bencana, 58 korban meninggal dan hilang, serta 16.200 orang mengungsi dan terdampak.

Pada tahun sebelumnya, data BNPB mengungkapkan Indonesia menghadapi 2.341 bencana alam, yang menyebabkan terjadinya evakuasi terhadap 3,49 juta penduduk, kerusakan terhadap sekitar 50.000 rumah dan fasilitas publik, dan 377 kematian.

Jika angka-angka tersebut dirata-ratakan, maka pada 2017 Indonesia mengalami sedikitnya 195 bencana alam, 31 korban meninggal, dan 290.000 penduduk yang dievakuasi di setiap bulannya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper