Bisnis.com, JAKARTA – Tahun ini, program edukasi sepertinya menjadi instrumen penting dari keseriusan pemerintah dalam menyukseskan pengembangan teknologi digital di Indonesia.
Betapa tidak, setelah tahun lalu momen perubahan menuju digitalisasi ditandai dengan berbagai upaya pengenalan segala hal yang terkait dengan Revolusi Industri 4.0, kini, fokus pihak-pihak yang berkepentingan dalam mendorong Indonesia menuju negara berbasis digital mulai mengerucut ke fase mengedukasi.
Adapun, menurut studi Bank Dunia berjudul Preparing Information and Communications Technology (ICT) Skills for Digital Economy (March 2018), Indonesia diperkirakan bakal membutuhkan sembilan juta tambahan Sumber Daya Manusia kerja yang terampil dan semi terampil di bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi dalam rentang tahun 2015 hingga 2030.
Direktur PT Metrodata Electronics Tbk., Sjafril Effendi, menjelaskan, edukasi literasi digital saat ini menjadi hal yang sedang digencarkan tidak terlepas dari besarnya peluang yang dimiliki oleh Indonesia. Sjafril menilai, hal tersebut dapat dilihat dari tingginya dukungan pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta hadirnya ketersediaan pasar.
"Jadi, kita tidak akan takut kekurangan talenta digital," ujarnya dalam sesi diskusi di kantor PT Metrodata Electronics Tbk., di Jakarta, Selasa (16/7/209).
Adapun, permintaan terhadap tenaga kerja berliterasi digital di Indonesia terbilang sangat tinggi. Pasalnya, perusahaan-perusahaan rintisan yang banyak bermunculan serta semakin beragamnya layanan teknologi digital yang digunakan oleh perusahaan menciptakan kebutuhan akan tenaga kerja yang melek digital, sehingga digencarkannya program edukasi di Tanah Air menjadi sebuah keharusan.
Adapun, beberapa acara pengembangan digital di Tanah Air yang diadakan tahun ini menjadikan edukasi digital sebagai fokus utama. Salah satu perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, Amazon Web Services (AWS) pun telah mengumumkan rencana program peningkatan keterampilan komputasi awan dalam rangka mengakselerasi proses transformasi digital Indonesia.
Dalam program tersebut, AWS bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia dan instansi pelatihan terkait lainnya, termasuk lembaga pendidikan dan anggota AWS Partner Network (APN) yang turut berinvestasi dalam inisiatif untuk membantu sumber daya manusia Indonesia.
Gunawan Susanto, Country Leader PT Amazon Web Services Indonesia (AWS Indonesia) mengatakan, dengan membuka basis talenta secara masif melalui berbagai inisiatif peningkatan kecakapan di bidang komputasi awan, AWS diyakini dapat membangun bakat talenta digital Indonesia, yang pada akhirnya akan meningkatkan potensi ekonomi negara.
"Sumber daya manusia kerja yang siap dengan kecakapan komputasi awan di masa depan adalah salah satu pilar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negara," ujarnya dalam acara AWS Cloud Day di Jakarta (16/7).
Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menilai dalam menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan kompetitif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, pengembangan sumber daya manusia yang melek digital harus menjadi prioritas.
Kementerian Ketenagakerjaan sendiri dikatakan tengah fokus dalam mengembangkan pelatihan vokasi, guna menghasilkan lebih banyak talenta digital yang berkompeten.
Dia menambahkan, tanggung jawab untuk mendorong serta memperkuat kualitas tenaga kerja Indonesia harus dilakukan secara bersama-sama baik itu oleh institusi pendidikan, pelaku industri, dan pemerintah.
Kementerian Ketenagakerjaan dikatakan juga membuka peluang berkolaborasi dengan pelaku industri seperti AWS, guna memastikan akan semakin banyak sumber daya manusia Indonesia yang memiliki akses terhadap pelatihan keterampilan komputasi awan, sesuai dengan kebutuhan industri.
Selain itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Rudiantara mengatakan ada kebutuhan mendesak di Indonesia untuk dilakukannya percepatan pengembangan kecakapan dalam bidang teknologi di seluruh Indonesia untuk mencapai visi Industri 4.0.
Komputasi awan, jelasnya, menjadi salah satu kecakapan yang paling penting dan sangat dibutuhkan. Dia memperkirakan, Indonesia akan membutuhkan 600 ribu talenta digital per tahun hingga tahun 2030, dan hal tersebut terus dikejar oleh pemerintah dengan memprakarsai berbagai program, termasuk program Digital Talent Scholarship.
“Untuk memenuhi kebutuhan ini, kami bekerja sama dengan AWS selaku penyedia layanan komputasi awan untuk membuat kurikulum berbasis cloud untuk sekolah menengah dan kejuruan," ujarnya (16/7).
Dengan gencarnya program edukasi guna menciptakan talenta yang cakap secara digital dalam persiapan menghadapi Revolusi 4.0 di bidang manufaktur dan industri, Indonesia diharapkan dapat mempercepat visi dan misinya dalam menjadi salah satu dari 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2030.