Hidup di tengah kesibukan metropolitan seperti Jakarta, kerap membuat penduduknya merindukan oase berupa saat, tempat, dan kawan untuk mencari kebenaran hakiki, ketenangan batin, serta memperkuat spiritualisme.
Hal itu pula yang dirasakan oleh Muhammad Rizki Sani, seorang karyawan di sebuah perusahaan IT di Jakarta Pusat.
Milenial muda asal Bukittinggi, Sumatra Barat, ini mengaku tidak mudah menemukan teman untuk bersama-sama membaca Alquran di Jakarta. Padahal, di tempat asalnya, anak-anak muda lazim berkunjung ke surau atau masjid.
Bermula dari keresahan hati itulah, Sani pun berinisiatif membuat wadah membaca Alquran bersama bernama Indonesia Quran Reciter Application atau IQRA.
“Awal idenya dari keresahan aku sama temanku. Kami ngobrol, kayaknya enak ketemu teman yang bisa nemanin kita belajar Alquran. Memang kita mungkin bisa ngaji sendiri, tapi kan kita juga butuh teman yang bisa memperbaiki bacaan kita,” ujar Sani kepada Bisnis.
Saat ide itu tercetus pada akhir 2016, ujar Sani, dia belum memikirkan aplikasi. Sebagai generasi muda yang sehari-hari sangat lekat dengan dunia internet, pada mulanya Sani berniat membentuk website. Dia pun mengumpulkan teman-temannya yang memiliki visi dan ketertarikan serupa.
“Visinya adalah memanfaatkan ilmu untuk kebaikan. Ada empat orang. Satu, temanku sesama magang di bank. Dua orang lagi teman di komunitas. Malamnya kami langsung bikin grup dan bagi-bagi tugas,” katanya.
Sani mengaku, tim pertama tersebut sempat jalan di tempat, bahkan berganti tim dan nama aplikasi. Perlu 1 tahun tahun baginya untuk mempersiapkan sekaligus merumuskan bentuk IQRA hingga menjadi seperti saat ini.
“Kami ngembangin basic aplikasinya. Pakai codingan yang sangat-sangat sederhana. Aku ngembangin aplikasi. Mutia [co-founder IQRA] ngembangin kurikulum, termasuk kelas-kelasnya.”
Untuk mengembangkan kurikulum pengajaran Quran, IQRA bekerja sama dengan sejumlah lembaga belajar mengajar dan lembaga dakwah. Sani sebagai founder pun menggaet kenalan-kenalannya yang merupakan qari nasional dan internasional.
“Akhir 2017 dan masuk 2018, timnya jadi lengkap. Ada yang khusus aplikasi, desain, juga yang fokus ngembangin kurikulum dan maintain mentor. Di masa-masa ini juga akhirnya kami pakai nama IQRA, yang bukan hanya wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW, tapi juga kependekan dari Indonesia Quran Reciter Application.”
Dari hasil pengembangan tersebut, IQRA kini menyediakan empat kelas belajar ngaji dengan mengacu pada metode pembelajaran Ustmani. Kelas pertama dan paling dasar yakni kelas Pratahsin yang ditujukan untuk mereka yang baru mengenal atau membaca Alquran. Selanjutnya, kelas Tahsin untuk mereka yang sudah dapat membaca Alquran tetapi butuh perbaikan. Setelah itu kelas Irama, bagi mereka yang sudah dinyatakan lulus kelas Tahsin. Dan terakhir, kelas yang paling puncak yakni kelas Tahfidz.
Sani menegaskan, di era perkembangan teknologi digital saat ini, mengaji tidak identik dengan sarung dan tidak identik pula dengan kerudung lebar dan dalam. Siapapun, lanjut dia, bisa mengaji di mana pun dan kapanpun.
“Namanya anak-anak muda. Berproses. Kegiatan apapun yang mereka lakukan, selalu ada pengajian. Habis touring misalnya. Kami percaya, sekarang tuh mulai banyak [anak muda] yang sadar, yang menyelipkan hal-hal kebaikan dalam kegiatan-kegiatannya.”
Setelah melalui proses user acceptance test (UAT) pada September 2018, bekerja sama dengan Ikatan Remaja Mesjid Cut Mutia (Ricma), IQRA pun resmi meluncur ke hadapan publik pada Desember 2018.
PENDAFTARAN
Melalui aplikasi IQRA, siapa pun dapat mendaftar sebagai mentee dan mentor. Caranya cukup masuk ke toko aplikasi atau App Store, ketik Iqra Indonesia dan kita akan menemukan aplikasi IQRA berwarna hijau toska, kemudian unduh, dan mendaftar.
Menurut Sani, IQRA Indonesia sebetulnya menyediakan dua aplikasi. Aplikasi pertama yakni yang dapat diunduh melalui App Store. Aplikasi tersebut merupakan aplikasi untuk mentee atau murid dan calon murid yang hendak belajar mengaji bersama. Aplikasi ini, terbuka untuk umum. Setelah mendaftar, mentee dapat mengetahui jadwal kegiatan Iqra, termasuk kelas-kelas yang akan digelar oleh para mentor. Mentee juga bisa membuka kelas sendiri.
“Nanti mentor akan dapat notifnya dan kalau dia cocok waktunya, dia akan masuk ke kelas itu.”
Aplikasi kedua yakni aplikasi khusus untuk mentor atau pengajar. Berbeda dengan aplikasi untuk mentee, aplikasi khusus mentor ini hanya dapat diunduh melalui link khusus yang diberikan oleh tim IQRA bagi mentor yang dinyatakan telah lulus seleksi.
Sani menegaskan, IQRA bukanlah aplikasi ngaji secara online, melainkan aplikasi yang mempertemukan pihak-pihak yang ingin mengaji bersama. Menurut dia, titik penting program IQRA adalah bertemu langsung, mengaji bersama. Melalui pertemuan langsung, ujarnya, kita dapat melihat cara pengucapan makhrojal setiap huruf dan kata di dalam ayat Alquran.
“Istilahnya talaki. Dan yang dianjurkan oleh rasul adalah bertemu.”
Di sisi lain, lanjutnya, pertemuan langsung dapat merekatkan ukhuwah islamiah di antara sesama muslim. “Dari yang awalnya belum kenal, tetapi karena sama-sama mengaji jadi kenal.”
Tidak dapat dipungkiri, beberapa tahun terakhir berkembang paham radikalisme di tengah-tengah kaum muslim di Indonesia. Sani pun tidak menutup mata dari hal itu. Dia pun mendapatkan masukan dari banyak pihak untuk menjaga IQRA dari radikalisme, dan fokus pada kegiatan membaca dan mengajarkan Al Quran.
“Ini yang penting bagaimana menjaga mentornya. Kalau orang asal-asalan dikhawatirkan menanamkan sudut pandang radikal. Makanya khusus untuk mentor kami buat seleksi yang enggak gampang,” jelasnya.
Khusus untuk calon mentor, IQRA menggelar lima jenjang ujian. Pertama, mengirim curriculum vitae (CV). Kedua, tes mengaji. Ketiga, wawancara langsung dengan founder dan cofounder IQRA. Kemudian keempat dan kelima yakni training dan pembekalan kurikulum dan aplikasi.
“Dari CV, kita bisa lihat rekam jejaknya. Mereka ikut organisasi apa, dan sebagainya. Lewat wawancara dan training, kami tanamkan bahwa ini [IQRA] betul-betul [hanya] ngaji. Dan bahwa saat ini masih tidak berbayar, ketemu bareng-bareng, dan butuh komitmen.”
IQRA tidak berhenti bergerak. Memanfaatkan momentum Ramadan yang penuh berkah, gerak IQRA justru semakin aktif. Setelah menggandeng Ricma, Iqra juga menggaet komunitas YOT (Young on Top) Depok, serta Ikatan Mahasiswa Muslim Bea Cukai (IMMBC) STAN.
“Kami bikin kegiatan bareng, seminar. Nah sebelumnya [kegiatan dimulai] ngaji bareng dulu lewat aplikasi IQRA.”
Sampai saat ini, sebaran IQRA baru sebatas Jabodetabek. Adapun, mayoritas pengguna (mentee dan mentor) saat ini berada di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Sani mengakui, sampai saat ini persoalan jarak antara mentee dan mentor masih menjadi pekerjaan rumah IQRA. Menurut dia, banyak mentee berbasis di Jakarta Pusat, sedangkan banyak mentor berlokasi di Jakarta Barat dan Depok.
“Di Jakarta Pusat belum ada mentor, padahal banyak mentee. Makanya kami banyak kolaborasi, dengan harapan bisa meraup mentor. Harapannya juga ada mentee yang naik kelas menjadi mentor. Itu PR kami banget sekarang.
Namun, dia menegaskan bahwa visi IQRA adalah untuk menjadi platform belajar ngaji terbaik se-Indonesia. Setelah stabil dan kuat di kawasan Jabodetabek, lanjutnya, baru IQRA akan mengembangkan sayap ke kota-kota lainnya di Indonesia.
Sani mengakui, IQRA merupakan proyek not for profit. Pihaknya tidak mengincar bisnis ataupun laba dari pengembangan aplikasi tersebut. Oleh kerena itu, untuk menopang kegiatannya, IQRA hanya mengandalkan bantuan operasional dari donatur.
“Iya dari donasi-donasi saja, yang tetap dan tidak. Tapi kami sepakat, kami ada investor utama, yakni Allah SWT Yang Maha Kaya.”