Bisnis.com, JAKARTA — Axiata Group Bhd., induk usaha PT XL Axiata Tbk. yang berbasis di Malaysia, sedang berdiskusi dengan Norwegian Telenor Group untuk menggabungkan bisnis telekomunikasi mereka di Asia. Lalu bagaimana dampak konsolidasi tersebut terhadap XL di Indonesia?
Axiata Group menyatakan merger Axiata dan Telenor tidak akan berpengaruh terhadap bisnis XL Axiata di Indonesia. Merger tersebut bahkan membuka peluang kepada Axiata untuk berinvestasi lebih besar lagi di Indonesia.
“Tidak ada dampak [di Indonesia], bahkan kami akan dapat investasi lebih besar lagi di Indonesia,” kata juru bicara Axiata kepada Bisnis, Selasa (7/5/2019).
Baca Juga Stockbit Raih Pendanaan Seri A |
---|
Axiata menuturkan, setelah merger, Telenor dan Axiata akan membentuk perusahaan baru dengan porsi kepemilikan Telenor 56,5% dan Axiata 43,5%. Perusahaan baru tersebut akan menjadi pemilik saham mayoritas di XL Axiata.
“Namun hal ini masih dalam bentuk rencana penggabungan,” kata juru bicara Axiata.
Pada waktu yang berbeda, Analis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana Putra mengatakan laba operasional Telenor pada 2018 lalu sekitar Rp10,7 triliun. Dia menjelaska laba tersebut sebagian besar dikontribusikan dari Malaysia dan Bangladesh sehingga merger keduanya akan paling berdampak ke Malaysia dan Bangladesh. Adapun di Indonesia, sambungnya, tidak berdampak langsung.
“Itu kan transaksi di holding, selama tidak ada perubahan struktur kepemilikan di EXCL harusnya aman untuk operasional,” kata Etta.
Meski demikian, Etta melihat jika Telenor dengan Axiata berhasil merger, maka industri telekomunikasi akan semakin ketat.
Etta berpendapat dampak terbesar justru akan terjadi jika ada penggabungan perusahaan di dalam negeri, misalnya XL Axiata bergabung dengan PT Hutchison 3 Indonesia atau dengan PT Indosat Tbk.
“High risk untuk TLKM itu terjadi jika H3I bergabung dengan operator lain, baik Indosat maupun XL Axiata,” kata Etta.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan merger keduanya akan membuat pertumbuhan XL Axiata semakin cepat terlebih pada segmen bisnis.
“Jika sudah merger maka Axiata mampu melayani segmen bisnis secara lebih komprehensif. Axiata akan mampu berkembang dengan cepat dari segi pertumbuhan karena adanya sinergi,” kata Nafan.
Sebelumnya, PT XL Axiata Tbk. kembali mencetak laba pada awal 2019 setelah membukukan rugi nyaris Rp3,3 triliun pada tahun lalu. Perbaikan kinerja tersebut ditopang oleh agresivitas XL memacu penggunaan layanan data di jaringan.
Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk. Dian Siswarini mengatakan kenaikan pendapatan layanan data XL menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan penggunaan data dan kesuksesan perusahaan dalam memonetisasi layanan data.
“Ini terutama terjadi karena kami terus fokus dan konsisten untuk mendorong layanan data,” katanya dalam rilis yang diterima Bisnis, Senin (6/5/2019).