Bisnis.com, JAKARTA — Operator seluler ragu-ragu untuk menggelar jaringan di lintasan MRT Jakarta, khususnya di jalur bawah tanah karena harga sewa perangkat dinilai terlampau mahal. PT MRT Jakarta mengklaim harga tersebut sudah pas dengan memperhitungkan biaya investasi yang dikeluarkan untuk membangun infrastruktur.
Corporate Secretary PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Muhammad Kamaluddin mengatakan, tarif sewa perangkat yang ditetapkan oleh MRT dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. telah memiliki standar atau benchmark yaitu tarif sewa perangkat pasif di Bandara Soekarna- Hatta.
“Saya yakin tarifnya itu tidak kemahalan karena kami telah double check dan itu ada benchmarknya yaitu Bandara Soekarno-Hatta dan itu [tariff sewa di MRT] masih serupa,” kata Kamaluddin.
Baca Juga Synnex Jual PC Gaming Rakitan Lokal |
---|
Di samping itu, sambungnya, dengan nilai investasi di jalur MRT yang juga besar, menurutnya, harga sewa yang telah ditetapkan terbilang wajar. Dia mengklaim bahwa angka investasi di jalur MRT lebih besar dibandingkan jumlah investasi yang biasa ditaruh perusahaan telekomunikasi di gedung-gedung.
Besarnya angka investasi disebabkan tingkat kesulitan membangun jaringan di bawah tanah berbeda dengan yang di atas permukaan.
MRT Jakarta bersama TBIG telah menyediakan antena In Buiilding Solution (IBS) di 408 titik di sepanjang jalur yang dilalui oleh MRT atau sepanjang 15,6 Km. Di samping itu, terdapat juga antena repeater sepanjang 24,9 km, 8 ruang BTS, dan backhaul ke serat optik masing-masing calon penyewa. Kapasitas yang disediakan meliputi 74 sektor.
“Perlu dipahami MRT di bawah tanah itu betul-betul tertutup sehingga tidak bisa dijangkau di menara, dan itu sepanjang rel dan itu perlu investasi yang banyak dari sisi sistem pemancaran dan lain-lain,” kata Kamaluddin.
Adapun mengenai kemungkinan penurunan tarif sewa di kawasan MRT, Kamaluddin enggan berkomentar. Dia hanya menjelaskan bahwa MRT butuh pemasukan juga dari nontiket salah satunya lewat perangkat pasif telekomunikasi.
Operator seluler diharapkan agar dapat memasang jaringan di jalur MRT mengingat MRT merupakan sarana mobilitas publik.
“Perlu dioptimalkan pemasukan dari nontiket, Biaya operasional kan tinggi jadi perlu pemasukan lain salah satunya dari telekomunikasi juga,” kata Kamaluddin.