Bisnis.com, JAKARTA - Platform media sosial, termasuk Facebook Inc., menghadapi pemeriksaan lebih ketat setelah siaran langsung penembakan yang menewaskan 49 orang di dua masjid, Selandia Baru.
Ketika platform lainnya, Twitter dan Youtube, menyatakan mereka bergerak cepat untuk menghapus konten video tersebut, sejumlah pengguna melaporkan video itu masih bisa diakses selama beberapa jam setelah diunggah di akun tersangka.
Video tersebut menunjukkan sudut pandang orang pertama yang menembak dengan membabi-buta di sebuah masjid yang diketahui bernama Al-Noor di Christchurch, Selandia Baru.
Facebook, Youtube, dan media sosial lainnya mengalami kesulitan menghapus konten ofensif dari situs-situs yang mendatangkan pendapatan jutaan dolar dari pengiklan tersebut.
"Kami ikut berduka atas tragedi yang terjadi di Selandia Baru," tulis Youtube yang dioperasikan oleh Google dalam statusnya di Twitter, dikutip dari Bloomberg, Sabtu (16/3/2019).
Sementara itu, dalam pernyataan di Twitter, Facebook menyatakan kepolisian telah memberikan notifikasi bahwa ada siaran langsung atas kejadian penembakan di akunnya. Atas pemberitahuan itu, mereka mengungkapkan telah menghapus video, akun Facebook dan Instagram tersangka.
"Kami juga menghapus komentar-komentar yang mendukung penembakan brutal tersebut," ujarnya.
Mia Garlick, perwakilan Facebook di Selandia Baru juga berjanji akan bekerjasama dengan kepolisian Selandia Baru seiring dengan masih berjalannya proses penyelidikan.
Di Amerika Serikat, platform-platform itu juga dikritik telah menyebarkan informasi politik yang keliru yang berakhir dengan mengundang pendirinya, Mark Zuckerberg, untuk dimintai keterangan.
Pada Agustus tahun lalu, penembakan di pertandingan video game Madden 19, Florida, terekam video dan disiarkan secara langsung di media sosial. Tak hanya itu, pada awal tahun ini, vlogger Youtube Logan Paul mengunggah sebuah video yang menayangkan sebuah tubuh yang tergantung di atas pohon di Jepang.