Bisnis.com, JAKARTA—Kehadiran LinkAja, produk dompet digital yang diproduksi oleh PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) ditanggapi dengan santai oleh kedua calon kompetitornya, yaitu Go-Pay dan Ovo. Kedua perusahaan teknologi finansial itu kompak melihat kelahiran LinkAja sebagai upaya bersama untuk meningkatkan inklusi keuangan.
Finarya merupakan gabungan dari sejumlah perusahaan plat merah seperti Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, Pertamina, dan Telkomsel. Dalam konsorsium tersebut, Telkomsel memiliki kepemilikan mayoritas sebesar 25%, sementara Bank Mandiri, BNI, BRI sebesar 20%, BTN 10% dan Pertamina 5% (Morgan&Stanley Research).
Managing Director Go-Pay Budi Gandasoebrata menyatakan, kebanyakan masyarakat Indonesia masih memilih membayar lewat uang tunai. Artinya, seluruh pelaku industri tetap harus bersama-sama mengedukasi masyarakat tentang keuntungan transaksi non-tunai, tidak hanya di kalangan menengah atas tetapi juga hingga piramida terbawah. Hal ini dilakukan perusahaan dengan melakukan penetrasi hingga ke tingkat pelaku UMKM yang sebelumnya belum tersentuh layanan keuangan formal.
“Harapannya, kami bisa menjadi jembatan bagi bank konvensional untuk menjangkau masyaakat Indonesia yang masih unbanked,”ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/02)
Direktur PT Visionet Internasional (Ovo) Harianto Gunawan melihat adanya pemain baru di industri ini sebagai upaya untuk mendorong inklusi keuangan.
“Kami sangat support yang namanya open ecosystem. Kalau kita lihat sekarang di Indonesia, penggunaan digital payment masih kurang 10%, jadi masih banyak peluangnya,” ujarnya.
Hasil riset Morgan& Stanley yang berjudul Indonesia Banks: Fintech Continues to Lead Digital Payment mengungkapkan bahwa transaksi digital di Indonesia didominasi oleh perusahaan teknologi finansial ketimbang bank, dengan Go-Pay dan Ovo menjadi dua pemain utama yang disukai masyarakat.
Laporan tersebut menyebut bahwa Go-pay yang dirilis sejak 2016 telah tumbuh signifikan, dengan rata-rata jumlah transaksi mencapai 50 juta per bulan atau 1,6 juta transaksi per hari. Angka tersebut setara dengan 19% dari transakasi digital BCA, 135% dari transaksi digital BNI dan 35% dari transaksi digital Bank Mandiri.
Sebagai tambahan, Bloomberg dalam laporannya pada awal Februari 2019 ini juga mencatat Gopay telah memproses US$6,3 miliar, atau setara dengan Rp89 triliun ( asumsi US$1=Rp14.200) dari transaksi kotor tahunan pada 2018. Sementara, Flazz BCA dan Sakuku memproses Rp4 triliun di 2018 dan BNI Tapcash dan UnikQu memproses Rp900 miliar dan e-Money Mandiri Rp13,3 triliun di 2018.