Bisnis.com, JAKARTA—Para raksasa teknologi Tanah Air membuka peluang kerja sama dengan perusahaan rintisan baru untuk memperkuat ekosistem dalam aplikasi super mereka.
Corporate Communication Manager Bukalapak Evi Andarini menyatakan, Bukalapak tengah bergerak untuk menjadi aplikasi super yang bisa melakukan banyak hal, memberi banyak solusi. Harapannya, hal tersebut dapat menjadikan Bukalapak menjadi aplikasi yang lebih sering dibuka oleh para pengguna.
Lebih lanjut, pihaknya optimistis pengembangan ekosistem aplikasi super itu tidak akan mengganggu pertumbuhan dari perusahaan rintisan lain yang tengah bertumbuh. Apalagi, perusahaan juga terbuka untuk menjalin kerja sama.
“Dengan menjadi superapp, Bukalapak akan bekerja sama dengan partner dan pihak-pihak terkait sehingga tidak akan menganggu pertumbuhan dari startup lain karena kami bersama-sama memberikan solusi dan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya,” ujarnya, Senin (28/1/2019).
CEO Office Manager Tokopedia Priscilla Anais menolak anggapan bahwa perusahaannya memiliki aplikasi super. Pihaknya pun terbuka untuk menjalin kerja sama dengan para mitra , termasuk perusahaan rintisan yang baru tumbuh yang memiliki misi besar yang sama dengan perusahaan. Namun, hal tersebut tergantung pada faktor-faktor seperti sinergi bisnis, adanya kecocokan budaya dan tim, terlebih jika memang ada keselarasan dalam misi.
“Kami tidak melihat diri kami sebagai superapp. Sebaliknya, kami fokus memberdayakan perdagangan demi mewujudkan misi kami yaitu pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa selama sembilan tahun pertama, pihaknya mendorong perdagangan online di Indonesia. Dia mengklaim, Tokopedia telah mempertemukan lebih dari 5 juta penjual dan 90 juta konsumen di Indonesia setiap bulannya, dan membantu para konsumen untuk mendapat barang yang dibutuhkan dengan mudah.
Ke depan, Tokopedia tidak hanya memberikan kantong ini kepada para pengguna Tokopedia, tetapi juga kepada para toko kelontong, warung-warung, dan pebisnis lainnya. Dengan demikian, para pebisnis bisa memiliki "Kantong Ajaib Doraemon" yang memudahkan mereka untuk mendapatkan stok, dengan kecepatan dan tarif yang baik.
"Kantong Ajaib Doraemon ini tentunya didukung beragam inovasi di Tokopedia, mulai dari prediksi permintaan, analisis big data, inovasi fintech di sisi permodalan, sampai ke inovasi logistik yang akan meningkatkan efisiensi dari hulu ke hilir,” ujarnya.
Yansen Kamto, Chief Executif Kibar, pengembang ekosistem bisnis rintisan di bidang teknologi menilai kehadiran aplikasi super dapat dilihat dari berbagai perspektif. Di satu sisi, aplikasi yang menyediakan hampir seluruh layanan itu seolah mempersempit ruang bagi perusahaan rintisan yang tengah bertumbuh. Namun di lain sisi, ekosistem itu justru dapat melahirkan berbagai peluang kolaborasi baru dan menjadi secondary exit bagi perusahaan rintisan.
“Saya melihatnya justru startup dapat satu tambahan exit plan, untuk bergabung ke ekosistem yang lebih besar. Tapi perlu digarisbawahi kembali tujuan bikin startup untuk apa?” ujarnya.
Dia mengilustrasikan bila satu perusahaan berhasil membangun ekosistem perguruan tinggi yang bagus. Maka pengusaha lain tak harus bersaing membuat kampus tandingan, tetapi dapat mengembangkan usaha yang bersifat pelengkap, mulai dari kos-kosan, fotocopy, rumah makan di lingkungan kampus.
Begitu juga dengan perusahaan rintisan. Menurutnya, tidak semua perusahaan rintisan bertujuan menjadi unicorn atau perusahaan dengan valuasi lebih dari USD 1 miliar, ada juga yang hanya bertujuan untuk berjualan, atau menawarkan solusi dan menghasilkan dampak sosial bagi lingkungannya.
“Pengusaha harus lincah melihat peluang. Startup yang lebih kecil bisa menjadi pelengkap unicorn seperti Tokopedia, Bukalapak. Justru kalau mereka bisa bikin layanan yang sesuai kebutuhan pasar, unicorn akan berlomba-lomba berkolaborasi dengan mereka,” ujarnya.