Bisnis.com, SINGAPURA – Survei Software Global oleh Business Software Alliance (BSA) pada tahun 2017 menemukan bahwa software (peranti lunak) bajakan di computer sangat rentan terinfeksi malware. Terbukti dari penelitian yang dilakukan Microsoft pada 2018, bahwa 83% ‘personal computer’ (PC) baru di kawasan Asia Pasifik menggunakan piranti lunak (‘software’) bajakan.
Penelitian itu juga menemukan bahwa 84% dari PC baru tersebut juga terinfeksi malware (malicious software).
Lalu, bagaimana cara mencegah PC Anda terhindar dari serangan malware?
Dr Biplab Sikdar, Associate Professor , Department of Electrical and Computer Engineering, National University of Singapore menuturkan ada lima cara untuk mencegah serangan malware, yaitu
Pertama, belilah komputer (laptop) dari pengecer yang memiliki reputasi baik.
Anda tidak harus membeli ke toko, bisa juga secara online, namun tetap reputasi penjual menjadi pertimbangan. Misalnya, Anda bisa membeli ‘personal computer’ (PS) di Amazon.
Kedua, selalu menggunakan ‘software’ yang asli.
Biplab mengakui bahwa harga murah dari ‘sofware’ bajakan menjadi daya tarik konsumen membeli ‘software’ tak berlisensi. Konsumen, termasuk usaha kecil menengah (SMB), cenderung menggunakan ‘software’ tak berlisensi karena mempertimbangkan biaya.
“Tapi, mereka tak memikirkan kerugian yang muncul bila menggunakan ‘software’ tak berlisensi yang berisiko tinggi terinfeksi malware. Bila sudah terinfeksi, biaya yang akan ditanggug akan lebih besar dibanding membeli ‘software’ asli,” ucap Biplap dalam ‘Microsoft Digital Trust Asia 2018’ yang digelar di Singapura, Selasa (30/10/2018).
Ketiga, selalu perbarui perangkat lunak Anda dengan pembaruan produk terbaru dan tambahkan keamanan
Menurut Biplab bahwa ‘software’ bajakan itu bisa dari internet. Misalnya ketika mengunduh film, aplikasi, lagu.
‘Software’ bajakan juga berasal dari ‘popup’ yang mencurigakan biasanya dalam bentuk iklan, video yang menawarkan promosi, link, serta konten pornografi,
Keempat, edukasi. Menurut Biplab, edukasi bisa dimulai dari remaja termasuk anak-anak, karena kelompok ini telah menggunakan ‘smartphone’ yang dilengkapi dengan akses internet, dan membuka peluang untuk mengunduh berbagai data yang diperlukan.
Kelima, jangan menggunakan sistem operasi lama. Penggunaan sistem operasi yang sudah habis masa pemakaiannya akan merugikan konsumen (UKM) karena tingkat keamanan kurang, biaya operasional lebih tinggi, membuat produktivitas turun, pertumbuhan usaha turun, dan berdampak pada penurunan keuntungan.
Biplab menambahkan bahwa bila pada situasi konsume tak memiliki anggaran cukup untuk mengganti PC sekali dalam empat tahun, maka disarankan untuk selalu menambakan perangkat antivirus pada komputer, serta meng-update-nya.