Bisnis.com, JAKARTA -- General Electric (GE) Indonesia menyiapkan mesin 3D printing logam untuk para suplier otomotif di Indonesia.
CEO GE Indonesia Handry Satriago menuturkan pihaknya akan menanamkan investasi US$1 juta untuk setiap mesin yang dibutuhkan. Teknologi yang sama juga sudah diterapkan di manufaktur milik GE untuk memproduksi komponen pesawat.
“Kalau anda suplier perusahaan otomotif, kami akan siapkan peralatan, teknologi, dan risetnya. Jadi, pengembangannya bisa dibuat di sini," kata Handry seperti keterangan tertulis Kementerian Perindustrian, Jumat (21/9/2018).
Handry menyebutkan GE akan memulai bisnis teknologi 3D printing untuk logam pada triwulan III tahun 2018. Teknologi 3D ini merupakan salah satu elemen penting dalam revolusi industri 4.0?
Lebih lanjut dia menyebutkan pihaknya juga memiliki GE Transportation. Lini yang bermarkas induk di Amerika Serikat itu akan membuat kajian lanjutan mengenai penggunaan biodiesel dari minyak sawit (B20) untuk mesin lokomotif kereta api.
Perusahaan juga berkomitmen membantu mensukses pelaksanaan program pendidikan vokasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. GE akan menyediakan tenaga ahli untuk mengajar, alat peraga dan beragam kebutuhkan pengembangan sumber daya industri di Indonesia.
"Program ini secepatnya akan dilaksanakan," katanya.
Ada empat sektor yang akan difokuskan dalam pengembangan pendidikan vokasi ini. Lini ini meliputi industri penerbangan, infrastruktur energi, kesehatan, dan digital. Apalagi di Indonesia jumlah penumpang pesawat terus tumbuh termasuk kebutuhan listrik.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan pihaknya menyambut dukungan GE dalam mengakselerasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Dia menyebutkan pemerintah saat ini tengah fokus dalam upaya meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) agar mampu menghadapi revolusi industri 4.0.
"Apalagi, kita sedang menikmati bonus demografi hingga 10 tahun ke depan," katanya.
Airlangga mengklaim SDM terampil merupakan kunci utama dalam menyukseskan penerapan industri 4.0. Pemerintah akan fokus untuk peningkatan keterampilan (up-skilling) atau pembaruan keterampilan (reskilling) para tenaga kerja industri.
"Kami telah meluncurkan program pendidikan dan pelatihan vokasi yang link and match dengan industri, menjalin kerja sama dengan Swiss untuk pengembangan Politeknik, menjalankan program silver expert dalam upaya melibatkan tenaga ahli dari sektor industri sebagai instruktur, serta menggandeng lembaga riset Jerman, Fraunhofer IPK untuk lebih mengaktifkan kegiatan litbang di Indonesia," katanya.