Rudiantara Selalu Meragukan Data Jumlah Pelanggan Seluler

Duwi Setiya Ariyanti
Rabu, 2 Mei 2018 | 06:30 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memberikan paparan saat rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI, di kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin (19/3/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memberikan paparan saat rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI, di kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin (19/3/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengakui selama ini tak pernah percaya dengan jumlah pelanggan seluler prabayar para operator karena tak realistis. 

Menurutnya, jumlah pelanggan yang sebenarnya aktif atau berkontribusi terhadap perusahaan lebih sedikit dari jumlah kartu SIM yang beredar. Menurutnya, setelah masa registrasi ulang berakhir, akan diperoleh jumlah pelanggan yang mencerminkan kondisi sebenarnya. Pasalnya, basis data pelanggan menggunakan data kependudukan yakni nomor induk kependudukan (NIK) dan nomor kartu keluarga (KK).

“Dua tahun yang lalu saya enggak pernah ngomong pelanggan, karena saya enggak percaya,” ujarnya di kediamannya, di Jakarta, Selasa (1/5/2018).

Dia tak tahu berapa persen jumlah pelanggan yang akan tereduksi setelah registrasi ulang berakhir. Tetapi, bila mengacu pada hasil riset secara global, hanya 67% kartu SIM prabayar yang berkontribusi terhadap pendapatan dari total kartu yang beredar. Menurutnya, angka itu menjadi acuan kondisi di Indonesia. 

Jumlah yang lebih realistis dan perubahan perilaku konsumen, katanya, membantu industri menjadi lebih efisien. Pertama, dari sisi biaya pembelian kartu SIM. Industri, katanya, membelanjakan Rp2 triliun per tahun untuk dengan rata-rata tambahan kartu SIM baru sebanyak 500 juta. 

Kedua, dari biaya distribusi bakal lebih efisien seiring dengan menurunnya jumlah kartu perdana yang dijual. Kontribusi penurunan peredaran kartu perdana, katanya, tak signifikan terhadap pertumbuhan jumlah pelanggan karena kondisi pasar yang sudah jenuh.

Penghematan itu, menurut Rudiantara, bisa dialokasikan untuk pengembangan produk hingga perluasan jaringan yang berkontribusi besar terhadap pelanggan. Dia meyakini data yang diperoleh setelah masa registrasi ulang akan lebih realistis dan memberi dampak positif.

“Berapa sih jumlah pelanggan baru? Itu kan muter-muter aja gitu kan. Hari ini pakai SIM card ini. Bulan ini pakai SIM card ini, muter aja, orangnya itu-itu juga,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Penyedia Jasa Telekomunikasi Indonesia (ATSI) Merza Fachys mengatakan kesempatan registrasi ulang untuk kartu lama dan registrasi kartu baru nantinya membantu pembenahan data. Dia menuturkan kartu seluler prabayar muncul atas alasan kemudahan. Sayangnya, kemudahan itu belum mendorong ketersediaan data yang valid. Dia mengakui data pelanggan yang terekam saat ini kemungkinan besar berjumlah ratusan juta yang tak valid. 

“Ada kesempatan untuk melakukkan pendataan atas data pelanggan-pelanggan ini dibetulin. Ratusan juta itu isinya sampah,” katanya. 

Registrasi pada kartu SIM baru, katanya, akan membuat bisnis lebih menguntungkan. Meskipun dari sisi pertumbuhan pelanggan akan melambat, sisi pendapatan akan terkompensasi dengan naiknya isi ulang pulsa. 

“Kalau perilaku [berganti kartu perdana] menurun atau tidak ada, akan kelihatan bahwa tumbuhnya nomor ini benar-benar pengguna baru. Masih ada ceruknya,” katanya. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper