Bisnis.com, JAKARTA — Operator seluler kompak menurunkan pendapatan rata-rata per pengguna atau ARPU sepanjang 2017 di tengah persaingan yang semakin ketat.
Dikutip dari laporan kinerja operator seluler yakni PT Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Ooredoo, Tbk dan PT XL Axiata, Tbk, penurunan ARPU menjadi pilihan operator. Kisaran penurunan ARPU sangat jauh yakni 3% hingga 19,4%.
XL mencatatkan penurunan paling rendah dengan 3% dari Rp35.000 di 2016 menjadi Rp34.000 di 2017. Disusul Telkomsel dengan penurunan 4,9% dari Rp45.000 menjadi Rp43.000.
Baca Juga Ini 5 Merek Smartphone Terlaris 2017 |
---|
Terakhir, Indosat yang berani banting ARPU dengan penurunan total sebesar 19,4% dengan penurunan tertinggi pada produk prabayar yakni Rp23.000 ke Rp19.000.
Sebagai gambaran, untuk produk isi ulang data saja satu dari tiga operator ini bahkan menawarkan produk dengan tarif terendah Rp1.000 untuk volume data 1 GB.
Di sisi lain, baik dari segi pendapatan, pelanggan dan jumlah base transceiver station (BTS) justru terus tumbuh. Untuk pendapatan, pendapatan bersih PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk membukukan pendapatan bersih konsolidasi sebesar Rp128,25 triliun atau naik 10,25% dari tahun 2016. Adapun, 60% di antaranya atau sekira Rp64 triliun berasal dari unit usaha Telkomsel.
Sementara itu, pendapatan Indosat tumbuh 2,66% dari Rp29,18 triliun menjadi Rp29,96 triliun. Pertumbuhan pendapatan tertinggi berasal dari segmen pelayanan multimedia, komunikasi data dan internet (MIDI) yakni sebesar 9,4%. Kemudian, pendapatan XL mencatatkan kenaikan 7,1% dari Rp21,34 triliun di 2016 menjadi Rp22,87 triliun selama 2017.
Dari segi pelanggan, ketiga operator kakap ini agresif menaikkan jumlah pelanggan dengan kenaikan di kisaran 15% hingga 28,7%. Pertumbuhan jumlah pelanggan terkecil berasal dari Telkomsel dengan total 12,4% dari 173,9 juta menjadi 196,3 juta di tahun 2017.
Baca Juga Tiga Seri Laptop Bisnis Teranyar Dell |
---|
Pelanggan XL selama 2017 tumbuh 15% secara total dari 46,5 juta menjadi 53,5 juta sepanjang 2017. Terakhir, Indosat dengan kenaikan tertinggi yakni 28,7% dari 85,7 juta menjadi 110,2 juta pelanggan di tahun 2017.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Giovanni Dustin mengatakan harga murah masih menjadi preferensi utama konsumen. Kendati demikian, konsumen di kota besar justru lebih sadar dengan pentingnya kualitas jaringan.
"Menurut saya, untuk saat ini preference konsumen masih kepada yang lebih murah. Memang betul kalau kualitas jaringan juga penting untuk menarik konsumen, tapi menurut saya, ini baru berlaku untuk konsumen di kota-kota besar," ujarnya saat dihubungi Bisnis, belum lama ini.
Alasannya, faktor daya beli dan pendapatan yang rendah mendorong konsumen memilih produk murah. Konsumen di luar Jawa, atau di kota kecil bakal tetap bertahan dengan operator yang menawarkan produk murah dibandingkan konsumen yang tinggal di kota besar.
Di sisi lain, pilihan konsumen juga akan sulit bergeser ke operator baru. Operator seperti Telkomsel, Indosat dan XL sudah mendominasi pasar sehingga para pemain lain perlu berupaya lebih untuk bisa merebut pasar.
Sebagai gambaran, berdasarkan informasi yang dihimpun Mirae Asset Sekuritas, hingga kuartal III/2017 jumlah pangsa pasar langganan data TLKM masih yang paling besar yaitu 56%, disusul oleh ISAT yang sebesar 29%, dan EXCL sebesar 15%.
"Konsumen yang ada di luar Jawa, di kota-kota yang lebih kecil, memiliki level pendapatan yang cenderung masih di bawah level pendapatan di kota-kota besar," katanya.