Nokia Dorong Broadband Buat Tanggap Darurat

Agne Yasa
Rabu, 18 Oktober 2017 | 17:31 WIB
Sejumlah warga melihat Gunung Agung dari Desa Batu Niti yang berjarak sekitar 12 kilometer dari gunung berstatus awas itu, Karangasem, Bali, Senin (25/9). Sebagian warga yang tinggal di kawasan rawan bencana di lereng timur laut Gunung Agung masih belum mengungsi meski gunung berstatus awas dan mereka telah dihimbau untuk meninggalkan kampung. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Sejumlah warga melihat Gunung Agung dari Desa Batu Niti yang berjarak sekitar 12 kilometer dari gunung berstatus awas itu, Karangasem, Bali, Senin (25/9). Sebagian warga yang tinggal di kawasan rawan bencana di lereng timur laut Gunung Agung masih belum mengungsi meski gunung berstatus awas dan mereka telah dihimbau untuk meninggalkan kampung. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Bagikan

JAKARTA — Jaringan pita lebar mobile di Indonesia berpotensi dimanfaatkan sebagai infrastruktur penunjang layanan tanggap darurat.

Potensi adopsi teknologi pita lebar mobile di Indonesia dipaparkan dalam riset Nokia dan Tolaga Research. Riset tersebut menyatakan pemanfaatan pita lebar mobile buat layanan tanggap darurat masih rendah meskipun tingkat pertumbuhan adopsi teknologi tersebut sangat tinggi.

Head of End-to-End Sales Development Nokia Indonesia Himansu Chuchra mengatakan penelitian ini mengevaluasi prospek keamanan publik berbasis pita lebar di Vietnam, Indonesia, Jepang, Bangladesh dan Thailand.

Penelitian ini menemukan bahwa meskipun kelima negara tersebut berada pada tahap yang berbeda dalam perjalanan pengadopsian broadband, ada kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan keamanan publik dan kemampuan untuk mengatasi ancaman baru.

Dia menambahkan terdapat beberapa faktor yang bisa mendorong pemanfaatan teknologi pita lebar untuk kepentingan publik di Indonesia yaitu  Asian Games Jakarta 2018, spektrum radio public protecion and disaster relief (PPDR), dan risiko bencana alam.

Asian Games 2018 diharapkan dapat mendorong peluang penerapan broadband untuk keamanan publik melalui pengawasan video di seluruh kota. Kemudian, spektrum radioPPDR, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) berencana mengalokasikan spektrum radio 2x10 MHz khusus untuk PPDR dalam lelang 700 MHz mendatang.

Selanjutnya, Indonesia memiliki kerentanan yang relatif tinggi terhadap risiko bencana alam. Hampir 69,8% negara-negara lain memiliki risiko bencana alam yang lebih rendah daripada Indonesia.

Selain otoritas pemerintah yang bertanggung jawab atas peraturan telekomunikasi, para pemangku kepentingan lainnya yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan awal ekosistem LTE adalah para pemilik jaringan dan instansi pengguna keamanan publik.

Dia merekomendasikan INdonesia  mendorong penggunaan komunikasi penting berbasis LTE dalam acara besar yang diadakan di stadion dan ketika terjadi bencana alam, memperluas cakupan LTE ke dalam bisnis terkait dan aplikasi tanggap darurat, serta mempercepat rencana-rencana untuk menyelaraskan spektrum 700 MHz untuk keamanan publik

President Director Nokia Indonesia Robert Cattanach mengatakan teknologi telah tersedia saat ini dan diperkirakan pada 2019 teknologi 5G akan hadir di Indonesia, menurutnya akan banyak area yang dapat dikerjakan secara lebih baik dan aman.

Dia menjelaskan Nokia memiliki solusi  end-to-end, dengan ekosistem yang semakin besar setiap harinya, namun 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Agne Yasa
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper