Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah pelaku industri kamera global mulai mengembangkan aplikasi khusus untuk mengintegrasikan kamera dengan ponsel pintar agar pengguna dapat langsung mengunggah foto ke media sosial sekaligus mempertahankan pangsa pasar kamera ponsel yang mulai terjun bebas akibat penjualan smartphone yang semakin tinggi.
Yase Defirsa Cory, Marketing Manager Canon Image Communication Product Div. PT Datascrip mengemukakan pihaknya dewasa ini juga telah mengembangkan aplikasi bernama Canon Camera Connect yang mulai diterapkan pada produk Canon EOS M3 beberapa tahun lalu. Menurutnya, setelah melakukan berbagai perbaikan, aplikasi tersebut kini sudah dapat dioperasikan pada smartphone yang menggunakan sistem operasi iOS dan Android.
"Kami sudah mulai mengembangkan aplikasi ini sejak lama, tapi memang ada beberapa perbaikan waktu itu. Tapi sekarang aplikasi yang dapat mengintegrasikan kamera dengan smartphone itu sudah mulai banyak digunakan," tuturnya kepada Bisnis di Jakarta, Selasa (25/7).
Dia menjelaskan saat ini pengguna kamera membutuhkan konektivitas yang mudah untuk mengintegrasikan kamera dengan smartphone, agar hasil fotografi dapat diunggah langsung ke media sosial. Menurutnya, aplikasi tersebut tidak hanya dapat digunakan oleh fotografer pemula, tetapi juga fotografer professional.
"Sekarang banyak kok para professonal yang pakai aplikasi ini. Mereka kan juga butuh transfer file hasil jepretannya. Jadi tidak ribet pakai kabel lagi untuk mengkoneksikan hasil kamera ke laptop atau ke ponsel," katanya.
Menurutnya, selain penerapan aplikasi, tren teknologi kamera ke depan adalah penggunaan sensor dan besaran megapixel yang dinilai semakin canggih. Dia juga menjelaskan ke depan seluruh produsen kamera tengah mengembangkan teknologi yang dapat mengkombinasikan foto dan video sejalan dengan tren video blogger yang marak dilakukan anak muda saat ini.
Baca Juga 5G Tersedia Tahun 2020, Indonesia Kapan? |
---|
"Memang kalau dari sisi teknologi, semua produsen akan kembangkan sensor yang lebih canggih lagi untuk menentukan autofokus juga. Selain itu, besaran megapixel juga akan semakin tinggi, saat ini paling tinggi kalau tidak salah hingga 50 megapixel," ujarnya.
Dia mengatakan Canon sendiri kini tengah menerapkan teknologi dual autofocus pada setiap pixel yang ditanamkan di satu kamera baik DSLR maupun Mirrorless. Menurutnya, penerapan teknologi tersebut untuk menentukan autofocus yang cepat hanya melalui sentuhan tangan di layar kamera.
"Kami sudah menanamkan fitur dual autofocus pada kamera kami. Jadi pengguna akan mendapatkan gambar yang maksimal dan lebih baik lagi," tuturnya.
Sementara itu, General Manager for Photo Imaging Division PT Fujifilm Indonesia, Josef T. Kuntjoro mengakui kecanggihan kamera pada ponsel pintar dewasa ini telah membuat pasar kamera saku dan DSLR menurun tajam. Menurutnya, Fujifilm kini sudah tidak lagi memproduksi kamera saku untuk kelas entry-level, namun tetap memproduksi kamera saku untuk kelas premium.
"Saya lupa angka pasti penurunannya. Tapi yang jelas kamera seperti DSLR dan kamera saku sudah mulai ditinggalkan. Kami sudah tidak produksi lagi kamera saku sejak 2013 lalu. Sekarang kami akan fokus pada kamera jenis mirrorless," katanya.
Menurutnya, untuk kamera saku premium yang masih diproduksi oleh Fujifilm, pihaknya akan mempertahankan teknologi yang setara dengan kamera pada smartphone. Dia optimistis, kamera saku premium yang dibanderol dengan harga lebih dari Rp5 juta tersebut masih memiliki peminat di Indonesia.
"Kami masih optimis dengan penjualan kamera di pasar Indonesia. Kami berharap pasar semakin membaik," ujarnya.
Selain itu, dia juga menjelaskan pihaknya kini tengah memfokuskan diri untuk memperkenalkan kamera Instax ke pasar Indonesia. Menurutnya, Fujifilm merupakan pemain tunggal pada kamera Instax yang kini mulai dipasarkan ke konsumen dalam negeri.
"Penjualan kamera Instax ini terus meningkat setiap tahun, karena kami pemain tunggal di Indonesia untuk kamera jenis ini," tuturnya.