Perang Tarif Telekomunikasi Ganggu Profitabilitas dan Layanan

Sholahuddin Al Ayyubi
Senin, 29 Mei 2017 | 16:37 WIB
Pedagang emas menunggu transaksi sambil menelepon, di Sidoarjo, Jawa Timur./JIBI-Wahyu Darmawan
Pedagang emas menunggu transaksi sambil menelepon, di Sidoarjo, Jawa Timur./JIBI-Wahyu Darmawan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Perang tarif layanan telekomunikasi akan mengganggu kemampuan perusahaan telekomunikasi mencetak laba yang berujung kepada kualitas layanan yang diterima konsumen.

Leonardo Henry Gavaza CFA, analis saham PT Bahana Securities menyayangkan perang tarif yang dewasa ini marak dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi di Indonesia. Menurutnya, ruang untuk menurunkan tarif layanan telekomunikasi sudah tidak ada.

Dia mengatakan, jika PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Indosat Ooredoo Tbk. (ISAT) terus melakukan perang harga seperti saat ini dapat dipastikan profitabilitas perseroan tersebut akan semakin terpuruk. Profitabilitas yang terganggu akan berdampak serius kepada pendapatan dan laba bersih perseroan juga akan semakin terpuruk.

“Jika Telkomsel [PT Telekomunikasi Selular] sampai terpancing menurunkan tarifnya kemungkinan Indosat dan XL bisa mati. Jika Indosat dan XL mati maka dominasi Telkomsel akan semakin kuat lagi yang ujungnya industri telekomunikasi nasional yang terpuruk,” ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Chief Economist PT Danareksa Sekuritas, Kahlil Rowter. Dia menjelaskan bahwa operator telekomunikasi kerap menjual layanannya dengan harga promosi dan menerapkan tarif murah serta tidak masuk akal sehingga mengancam kemampuan perusahaan mengembangkan dan menjaga kualitas layanan yang diberikan kepada konsumen.

"Dipastikan kemampuan penyelenggara jasa telepon tersebut akan tergangu. Mereka tidak akan lagi mampu untuk membangun, mengembangkan jaringan dan menjaga kualitas layanan," katanya.

Data yang dilansir Internasional Telecommunication Union (ITU) menunjukkan tarif Internet di Indonesia masuk ke dalam kategori murah. Harga data di Indonesia pada 2015 hanya US$4,11 per 500MB.

Jika dibandingkan dengan negara yang memiliki karakter geografis yang sama, layanan data di Indonesia masih lebih murah dibandingkan tarif per 500 MB di Singapura yang sekitar US$7,27, Thailand yang sebesar US$8,1, dan Filipina yang sebesar US$4,37.

Penurunan tarif data di Indonesia juga terbilang yang tercepat di antara negara-negara lain di kawasan Asean. Jika periode 2011—2016, harga layanan data di Singgapura hanya turun sekitar 15%, namun penurunan di Indonesia mencapai 44%.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper