Unsur Kekerasan Marak, Begini Facebook Mengatur Sensor

Agne Yasa
Senin, 22 Mei 2017 | 22:57 WIB
Ilustrasi Facebook/Bloomberg-Chris Ratcliffe
Ilustrasi Facebook/Bloomberg-Chris Ratcliffe
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Facebook Inc. membuat buku peraturan untuk para moderator untuk digunakan saat menyensor posting dari hampir 2 miliar pengguna.

Hal ini menanggapi kritik global karena gagal mencegah peredaran gambar kekerasan, seks, dan perkataan yang membenci dan materi kontroversial lainnya, The Guardian melaporkan seperti dilansir Bloomberg pada Senin (22/5/2017).

Facebook mengandalkan ribuan moderator manusia untuk meninjau posting yang berpotensi menyinggung, termasuk video kematian, kekerasan, materi seksual, pelecehan dan pidato yang mengancam.

The Guardian mengatakan bahwa mereka memperoleh salinan ribuan slide dan gambar yang dibagikan Facebook dengan moderator tahun lalu sebagai pedoman dan banyak moderator merasa terbebani oleh volume posting yang perlu ditinjau dan dibingungkan oleh kontradiksi nyata dalam kebijakan Facebook.

Moderator memiliki waktu sekitar 10 detik untuk memutuskan apakah akan menghapus materi dari situs tersebut. Kebijakan Facebook meliputi video kematian kekerasan dapat diizinkan jika digunakan untuk menciptakan kesadaran akan isu-isu seperti kesehatan mental.

Gambar pelecehan anak dihapus jika dibagikan dengan sadisme dan perayaan. Jika tidak, akan tetap ada di situs dan ditandai sebagai mengganggu. Adapun penyalahgunaan hewan diizinkan, namun mungkin perlu diklasifikasikan sebagai mengganggu.

Kemudian, ancaman kekerasan terhadap tokoh politik seperti Presiden AS Donald Trump atau kelompok agama harus dihapus, tapi bahasa yang kurang spesifik, seperti "mari memukuli anak-anak gemuk" atau "menendang seseorang dengan rambut merah," dapat tetap berada di Facebook karena itu tidak dianggap kredibel.

Facebook mengatakan sulit mencapai konsensus untuk sebuah layanan dengan hampir 2 miliar pengguna. Orang memiliki pandangan berbeda tentang apa yang sesuai untuk dibagikan.

Awal bulan ini, Facebook mengatakan telah mempekerjakan tambahan 3.000 orang untuk memantau gambar di situs tersebut. Itu terjadi setelah perusahaan tersebut menghadapi kritik saat pembunuhan dan bunuh diri disiarkan di jaringan sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Agne Yasa
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper