BUMN Singapura Investasi Bioskop di Indonesia

Ropesta Sitorus
Selasa, 6 Desember 2016 | 02:54 WIB
Bioskop IMAX/imax.com
Bioskop IMAX/imax.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Gencarnya upaya pemerintah menarik pemodal asing ke sektor bioskop di Tanah Air mulai mendapat respons positif dari calon investor, salah satunya sovereign wealth fund asal Singapura, GIC. 

Badan usaha pemerintah Singapura yang bergerak dalam bidang pengelolaan kekayaan negara itu menginvestasikan dana bagi perusahaan operator bioskop Indonesia dengan nilai total Rp3,5 triliun atau sekitar US$265 juta. 
 
Kerja sama tersebut dilakukan antara GIC dengan PT Nusantara Sejahtera Raya (NSR) yang mengoperasikan jaringan bioskop dengan nama Cinema 21, Cinema XXI dan The Premiere. Penandatanganan kerja sama dilakukan Senin, 5 Desember kemarin. 
 
"Dana ini akan kami gunakan untuk ekspansi," kata Catherine Keng, Sekretaris Perusahaan Cinema 21, lewat pesan tertulis kepada Bisnis, Senin (5/12). 
 
Kendati demikian, dia enggan memerinci rencana penambahan jumlah bioskop yang ditargetkan perseroan. 
 
Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis, PT Nusantara Sejahtera Raya saat ini telah mengoperasikan 157 bioskop di 36 kota di Indonesia. 
 
Meski mengaku belum mendengar secara langsung mengenai kerja sama bisnis tersebut, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf menyambut baik masuknya pemodal dari Singapura untuk mendorong pertumbuhan perfilman nasional. 
 
"Sepanjang hal ini untuk ekspansi usaha yang otomatis akan memajukan perfilman nasional, saya menyambut gembira. Penyertaan modal asing yang memang dibutuhkan untuk sektor perfilman sekarang sudah dimungkinka sejak dihapusnya film dari DNI," kata Triawan kepada Bisnis, Senin (5/12).

Pada akhir pekan lalu, Triawan menuturkan pihaknya bersama BKPM tengah menyusun paket investasi untuk menarik pemodal asing untuk menambah jumlah layar bioskop demi mengembangkan kontribusi ekonomi kreatif nasional. 

Dia menyebutkan jumlah bioskop di Tanah Air masih minim bila dibandingkan dengan jumlah penduduk, yakni dengan total 1.200 layar. Jumlah yang ideal yakni 9.000-15.000. 

Menurut data Gabungan Pengusaha Bioskop Indonesia (GPBSI), hingga Mei 2016 total layar bioskop di Indonesia sebanyak 1.175, tumbuh 6% dari periode yang sama tahun lalu. 

Sejak pemerintah resmi mengeluarkan bidang perfiliman dari daftar negatif investasi (DNI) pada pertengahan 2016, sejumlah calon investor telah menyampaikan minatnya. 

Pemodal asing tersebut antara lain Lotte Cinema dari Korea Selatan dan Wanda Cinema dari China. Calon investor diharapkan mulai mengucurkan modalnya mulai tahun depan. 

"Kami ingin undang lebih banyak pemain supaya lebih banyak investasi, terutama untuk bioskop," tutur Kepala BKPM Thomas Lembong, baru-baru ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper