Kemenperin Dukung Ekspor Pesawat PT Dirgantara Indonesia

Newswire
Rabu, 16 November 2016 | 18:58 WIB
Sejumlah teknisi menyelesaikan proses produksi Helikopter jenis Superpuma SA 332 C1A dan Cougar E725 di hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/11/2015). Produksi Helikopter perusahaan nasional jenis ini telah digunakan oleh sejumlah kepala negara di dunia dan siap dijadikan pilihan untuk pembelian Helikopter kepresidenan Indonesia karena dianggap sudah mumpuni untuk keamanan Presiden dan Wakil Presiden./Antara-Novrian Arbi
Sejumlah teknisi menyelesaikan proses produksi Helikopter jenis Superpuma SA 332 C1A dan Cougar E725 di hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/11/2015). Produksi Helikopter perusahaan nasional jenis ini telah digunakan oleh sejumlah kepala negara di dunia dan siap dijadikan pilihan untuk pembelian Helikopter kepresidenan Indonesia karena dianggap sudah mumpuni untuk keamanan Presiden dan Wakil Presiden./Antara-Novrian Arbi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -  Kementerian Perindustrian mendukung ekspor pesawat PT Dirgantara Indonesia (DI) ke beberapa negara menggunakan pembiayaan buyer's credit dengan skema National Interest Account (NIA) oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank.

Demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Haris Munandar usai mendampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bertemu direksi PT DI.

"Ini masalah pembiayaan. Nanti dukungan dari pemerintah untuk tahap pertama adalah buyer's credit untuk beberapa negara yang memang memerlukan pembiayaan dari kita. Jadi kita memberikan kredit kepada asing yang mau membeli pesawat," kata Haris di Jakarta, Rabu (16/11/2016).

Menurut Haris, nilai dari pembiayaan tersebut mencapai Rp400 miliar untuk ekspor pesawat PT DI ke beberapa negara seperti seperti Thailand, Filipina, Nepal, Senegal dan Uni Emirat Arab.

"Tapi, tidak semuanya memanfaatkan pembiayaan tersebut, karena hanya beberapa negara yang membutuhkan seperti Nepal dan Senegal. Kalau negara kaya ya tidak perlu," ungkap Haris.

Kendati demikian, pembiayaan yang diajukan juga dapat digunakan sebagai modal kerja PT DI untuk meningkatkan daya saing produknya yang akan diekspor.

"Kalau Thailand dan Uni Emirat Arab kan tidak perlu. Maka, buyer's credit yang diajukan akan menjadi modal kerja, sehingga harga pesawat tersebut akan kompetitif jika dijual ke luar negeri," pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT DI Budi santoso menyampaikan, perusahaan tengah berupaya menggenjot ekspor hingga 2018.

"Kalau kita melihat pangsa pasar kita, kita tidak bisa ketergantungan pada APBN, pada pembelian dari pemerintah. Nah, kita targetkan 2018 akan meningkatkan ekspor," ujar Budi.

Budi menilai, PT DI akan menyasar negara-negara di Afrika untuk pasar ekspor selanjutnya, karena melihat potensi yang kebituhan yang tinggi.

Menurutnya, skema pembiayaan dari LPEI dapat menunjang ekspor pesawat ke negara Afrika yang notabene membutuhkan pendanaan dalam pembeliannya.

"Dengan adanya NIA ini, kenapa tidak di push ekspor untuk pendapatan negara. Jadi, bisa dimanfaatkan untuk pendanaan maupun kami sebagai produsen untuk working capital," tukasnya.

Adapun beberapa negara saat ini telah menggunakan pesawat buatan PT DI, di antaranya Vietnam, Filipina dan Thailand untuk jenis pesawat NC212.

Sementara Uni Emirat Arab dan Korea Selatan menggunakan pesawat CN235 buatan PT DI.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper