Layanan SMS Digerus OTT, Telkom: Itu Bukan Ancaman, tapi Peluang Baru

Yusuf Waluyo Jati
Jumat, 12 Februari 2016 | 10:38 WIB
Layanan konten data multimedia alias over the top (OTT) yang berjalan melalui jaringan internet./Ilustrasi-saveonshop.com.ph
Layanan konten data multimedia alias over the top (OTT) yang berjalan melalui jaringan internet./Ilustrasi-saveonshop.com.ph
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Menyatakan kehadiran para pemain over the top (OTT) yang terus bertambah bukan menjadi ancaman dan halangan untuk terus bertumbuh. Kehadiran mereka justru menjadi peluang baru dalam menciptakan persaingan yang sehat.

Direktur Konsumer PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) Dian Rachmawan  menuturkan OTT bukanlah sebagai sebuah ancaman, melainkan peluang baru yang harus digarap.

“Ada yang melihat sebagai ancaman, beberapa menganggap sebagai peluang dan sebagian besar pasrah melihat serbuan OTT. Kalau kami termasuk yang optimistis. Kami sudah punya strategi menghadapi fenomena ini,” ujarnya dalam keterangan pers, Jumat (12/2/2016).

Sebelumnya, kehadiran OTT ini disinyalir bakal menggerus pendapatan operator telekomunikasi. Semakin banyaknya OTT yang menjalankan layanan dengan menumpang pipa bandwidth milik operator telekomunikasi.

Para pemain OTT ini dianggap sebagai pesaing yang berbahaya bagi operator telekomunikasi karena tidak mengeluarkan investasi besar, tetapi bisa mengeruk keuntungan di atas jaringan milik operator. Jenis OTT seperti Skype, WhatsApp, LINE, Viber, KakaoTalk, GoogleTalk, We Chat, dan Telegram sudah lama menggerus pendapatan suara dan layanan pesan singkat (SMS) para operator.

Menurut Dian, ada empat area OTT yang bersinggungan dengan perusahaan telekomunikasi. Pertama, OTT Voice dan OTT Messaging/Social Media. Adapun dua OTT berikutnya yaitu OTT Content atau Video, dan OTT Cloud Computing yang diyakini akan menjadi OTT dengan pertumbuhan tertinggi berikutnya.

Seiring dengan perkembangan, OTT digolongkan berbasis kepada aplikasi, konten, atau jasa. Golongan pelaku usaha yang masuk OTT di antaranya Facebook, Twitter, atau Google.

Menurut Dian, OTT menjadi booming pada suatu negara ketika memiliki penetrasi broadband coverage yang luas dengan akses kecepatan yang memadai sekurang-kurang-nya 10 Mbps.

Dalam setahun belakangan ini, Telkom secara massif membangun broadband melalui Indihome Fiber dan 4G mobile. “Kami sedang bertransformasi untuk menangkap peluang bisnis baru tersebut. Pada saatnya nanti, Telkom tidak akan lagi disebut Telco, tapi Digital Company (Dico),” katanya.

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper